JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat hingga saat ini ada 20 penerbit uang elektronik yang terdaftar. Adapun dari 20 perusahaan penerbit tersebut, mayoritas diisi oleh industri perbankan dan telekomunikasi. Kendati demikian, hingga saat ini terlihat hanya segelintir uang elektronik saja yang ramai beredar dan dipakai di pasaran. Direktur Retail Banking PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Susanto Liem menyebut salah satu faktor bisnis uang elektronik cenderung lambat bagi bank kecil antara lain adalah pricing yang ditetapkan oleh regulator secara komersial akan berat untuk menutupi investasi dan operasional bank penerbit sebagai provider. "Uang elektronik, bukan bisnis utama bagi suatu provider, karena secara komersial pricing yang ditetapkan akan berat menutupi dana investasi dan operasional," ujar Susanto kepada KONTAN, Minggu (22/1).
Pertumbuhan uang elektronik lambat
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat hingga saat ini ada 20 penerbit uang elektronik yang terdaftar. Adapun dari 20 perusahaan penerbit tersebut, mayoritas diisi oleh industri perbankan dan telekomunikasi. Kendati demikian, hingga saat ini terlihat hanya segelintir uang elektronik saja yang ramai beredar dan dipakai di pasaran. Direktur Retail Banking PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Susanto Liem menyebut salah satu faktor bisnis uang elektronik cenderung lambat bagi bank kecil antara lain adalah pricing yang ditetapkan oleh regulator secara komersial akan berat untuk menutupi investasi dan operasional bank penerbit sebagai provider. "Uang elektronik, bukan bisnis utama bagi suatu provider, karena secara komersial pricing yang ditetapkan akan berat menutupi dana investasi dan operasional," ujar Susanto kepada KONTAN, Minggu (22/1).