Perubahan Arah Angin Memicu Kekhawatiran Peluncuran Balon Sampah Korea Utara



KONTAN.CO.ID - SEOUL. Korea Selatan mengamati perubahan arah angin pada hari Senin yang diperkirakan akan memungkinkan Korea Utara mengirim lebih banyak balon berisi sampah melintasi perbatasan yang bersenjata lengkap, dalam babak terbaru perang psikologis mereka.

Pekan lalu, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani kesepakatan pertahanan yang dikhawatirkan akan mendorong Kim untuk melakukan lebih banyak provokasi terhadap Korea Selatan. 

Ini termasuk kemungkinan peluncuran balon besar yang membawa sampah ke arah Korea Selatan, sebagai respons atas tindakan kelompok sipil Korea Selatan yang baru-baru ini menerbangkan balon berisi propaganda anti-Korea Utara.


Baca Juga: Jenderal AS: Perjanjian Pertahanan Rusia-Korut Bisa Picu Perselisihan dengan China

Juru bicara Kepala Staf Gabungan Korea Selatan, Lee Sung Joon, mengatakan kepada wartawan bahwa militer mengamati pergerakan Korea Utara dengan cermat karena angin dari utara atau barat laut, yang mendukung peluncuran balon Korea Utara, diperkirakan akan terjadi pada hari Senin.

Sejak akhir Mei, Korea Utara telah meluncurkan serangkaian balon yang menjatuhkan kotoran, puntung rokok, potongan kain, baterai bekas, dan vinil di berbagai wilayah Korea Selatan. Tidak ada bahan yang sangat berbahaya yang ditemukan. 

Korea Utara menyatakan bahwa kampanye balon mereka adalah aksi balas dendam terhadap para aktivis Korea Selatan yang menerbangkan selebaran politik yang mengkritik kepemimpinan mereka ke seberang perbatasan.

Saudara perempuan Kim yang berpengaruh, Kim Yo Jong, pada hari Jumat mengancam akan melakukan pembalasan setelah sebuah kelompok Korea Selatan mengklaim telah mengirim 20 balon yang membawa 300.000 selebaran propaganda, 5.000 flashdisk berisi lagu-lagu pop dan drama TV Korea Selatan, serta uang kertas satu dolar Amerika Serikat melintasi perbatasan pada malam sebelumnya.

“Ketika Anda melakukan sesuatu yang sudah jelas-jelas diperingatkan untuk tidak dilakukan, wajar jika Anda akan menghadapi konsekuensi yang tidak perlu,” kata Kim Yo Jong, tanpa menyebutkan apakah Korea Utara akan meluncurkan balon lagi.

Militer Korea Selatan tidak mengungkapkan bagaimana mereka akan merespons jika Korea Utara meluncurkan balon lagi.

Baca Juga: Kapal Induk AS Merapat ke Korsel, Unjuk Kekuatan Terhadap Korut

Sebagai reaksi terhadap kampanye balon Korea Utara sebelumnya, militer Korea Selatan pada tanggal 9 Juni mengerahkan pengeras suara raksasa di sepanjang perbatasan untuk pertama kalinya dalam enam tahun dan melanjutkan siaran propaganda anti-Korea Utara. 

Siaran tersebut dilaporkan mencakup lagu-lagu hits dari grup K-pop BTS seperti "Butter" dan "Dynamite", prakiraan cuaca, berita tentang Samsung, perusahaan terbesar di Korea Selatan, serta kritik terhadap program rudal Korea Utara dan tindakan keras terhadap video asing.

Korea Utara memandang siaran garis depan Korea Selatan dan kampanye selebaran sipil sebagai provokasi besar karena mereka melarang akses ke berita asing bagi sebagian besar dari 26 juta penduduknya. 

Korea Utara telah bereaksi terhadap siaran pengeras suara Korea Selatan dan kegiatan balon sipil dengan menembakkan peluru melintasi perbatasan, yang mendorong Korea Selatan untuk membalas tembakan. Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.

Pada hari Senin, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Jepang mengeluarkan pernyataan bersama yang mengutuk keras perluasan kerja sama militer antara Rusia dan Korea Utara. 

Pernyataan tersebut menyebut langkah Korea Utara-Rusia sebagai keprihatinan besar bagi upaya untuk mempromosikan perdamaian di Semenanjung Korea, rezim non-proliferasi global, dan dukungan untuk rakyat Ukraina.

Baca Juga: Putin Ingatkan Korsel Lakukan Kesalahan Besar Jika Persenjantai Ukraina Lawan Rusia

Dalam pertemuan di Pyongyang, ibu kota Korea Utara, pada hari Rabu lalu, Kim Jong Un dan Putin mencapai kesepakatan yang mengharuskan masing-masing negara memberikan bantuan jika diserang dan berjanji untuk meningkatkan kerja sama lainnya. 

Para pengamat mengatakan bahwa kesepakatan ini menandai hubungan terkuat antara kedua negara sejak berakhirnya Perang Dingin. AS dan mitranya percaya bahwa Korea Utara telah memberikan Rusia senjata konvensional yang sangat dibutuhkan untuk perangnya di Ukraina dengan imbalan bantuan militer dan ekonomi.

Pernyataan Korea Selatan-AS-Jepang menegaskan kembali niat mereka untuk meningkatkan kerja sama diplomatik dan keamanan guna mengatasi ancaman Korea Utara dan mencegah eskalasi situasi. Pernyataan tersebut juga menyatakan bahwa komitmen AS untuk membela Korea Selatan dan Jepang tetap kuat.

Sabtu lalu, sebuah kapal induk AS bertenaga nuklir tiba di Korea Selatan untuk latihan militer tiga negara Seoul-Washington-Tokyo yang diperkirakan akan dimulai bulan ini. 

Korea Utara sebelumnya telah menyebut latihan militer gabungan AS tersebut sebagai latihan invasi dan menanggapinya dengan uji coba rudal, menyatakan bahwa permusuhan AS memaksa mereka untuk mengembangkan senjata nuklir untuk mempertahankan diri.

Editor: Handoyo .