JAKARTA. Kondisi cuaca saat ini sedikit mengganggu produktivitas tanaman kopi; khususnya produksi kopi arabika. Dengan demikian, harga kopi arabika di pasar internasional pun berpotensi terkerek mumbul. Sekretaris Eksekutif Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Rachim Kartabrata menghitung, selama produksi kopi dunia masih lesu, maka tren harga masih akan naik. Sayangnya, ia belum bisa memperkirakan seberapa tinggi kenaikan harga kopi ini. Yang jelas, "Peningkatan harga akan terus terjadi selama produksi masih turun dan cuaca tidak mendukung untuk tanaman kopi," ungkapnya.Iklim basah ini membuat tanaman kopi terserang penyakit jamur yang merusak tanaman. "Orang-orang mengkhawatirkan kondisi cuaca," ujar Rodrigo Costa, Wakil Presiden Divisi Penjualan Newedge USA LCC di New York, seperti dikutip dari Bloomberg. Bahkan, imbuhnya, secara fundamental dalam jangka pendek fundamental kopi juga mendukung harganya untuk meningkat.Rachim mengakui, tanpa ada gangguan iklim pun, produktivitas kopi arabika memang lebih rendah ketimbang kopi robusta. Harganyapun juga lebih mahal ketimbang kopi robusta. Pasalnya, selain jumlah produksinya lebih sedikit karena budidayanya lebih sulit ketimbang kopi jenis lain, kopi arabika juga memiliki aroma khas yang berbeda dengan kopi robusta.Nah, harga kopi arabika asal Indonesia lebih premium ketimbang kopi arabika yang dijual di pasar dunia alias kopi arabika komersial. Pasalnya, kopi arabika asal Indonesia termasuk jenis kopi spesial. "Harga kopi arabika asal Indonesia bisa lebih tinggi sekitar 30% ketimbang harga kopi arabika di pasar dunia," jelas Rachim. Catatan saja, kopi arabika ditanam terutama di Amerika Latin dan disukai untuk minuman khusus seperti yang dibuat oleh Starbucks Corp. Biji kopi arabika lebih ringan ketimbang kopi robusta. Kopi jenis ini juga hanya dibudidayakan di dataran tinggi dengan tingkat ketinggian diatas 1000 meter diatas permukaan laut. Karenanya, kopi ini hanya dibudidayakan di Asia dan sebagian Afrika.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Perubahan cuaca susutkan produksi kopi arabika
JAKARTA. Kondisi cuaca saat ini sedikit mengganggu produktivitas tanaman kopi; khususnya produksi kopi arabika. Dengan demikian, harga kopi arabika di pasar internasional pun berpotensi terkerek mumbul. Sekretaris Eksekutif Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Rachim Kartabrata menghitung, selama produksi kopi dunia masih lesu, maka tren harga masih akan naik. Sayangnya, ia belum bisa memperkirakan seberapa tinggi kenaikan harga kopi ini. Yang jelas, "Peningkatan harga akan terus terjadi selama produksi masih turun dan cuaca tidak mendukung untuk tanaman kopi," ungkapnya.Iklim basah ini membuat tanaman kopi terserang penyakit jamur yang merusak tanaman. "Orang-orang mengkhawatirkan kondisi cuaca," ujar Rodrigo Costa, Wakil Presiden Divisi Penjualan Newedge USA LCC di New York, seperti dikutip dari Bloomberg. Bahkan, imbuhnya, secara fundamental dalam jangka pendek fundamental kopi juga mendukung harganya untuk meningkat.Rachim mengakui, tanpa ada gangguan iklim pun, produktivitas kopi arabika memang lebih rendah ketimbang kopi robusta. Harganyapun juga lebih mahal ketimbang kopi robusta. Pasalnya, selain jumlah produksinya lebih sedikit karena budidayanya lebih sulit ketimbang kopi jenis lain, kopi arabika juga memiliki aroma khas yang berbeda dengan kopi robusta.Nah, harga kopi arabika asal Indonesia lebih premium ketimbang kopi arabika yang dijual di pasar dunia alias kopi arabika komersial. Pasalnya, kopi arabika asal Indonesia termasuk jenis kopi spesial. "Harga kopi arabika asal Indonesia bisa lebih tinggi sekitar 30% ketimbang harga kopi arabika di pasar dunia," jelas Rachim. Catatan saja, kopi arabika ditanam terutama di Amerika Latin dan disukai untuk minuman khusus seperti yang dibuat oleh Starbucks Corp. Biji kopi arabika lebih ringan ketimbang kopi robusta. Kopi jenis ini juga hanya dibudidayakan di dataran tinggi dengan tingkat ketinggian diatas 1000 meter diatas permukaan laut. Karenanya, kopi ini hanya dibudidayakan di Asia dan sebagian Afrika.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News