KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menghadapi perubahan iklim, ada risiko yang menanti sektor-sektor perekonomian di Indonesia. Danareksa Research Institute (DRI) turut memetakan, dampak perubahan iklim juga akan dirasakan pada sektor infrastruktur. Lembaga tersebut mengutip Bank Pembangunan Asia (ADB), perubahan iklim ini kemudian mendorong kenaikan kebutuhan investasi infrastruktur di Indonesia.
Dari perhitungan baseline, estimasi kebutuhan investasi infrastruktur Indonesia sekitar US$ 70 miliar atau setara 0,7% produk domestik bruto (PDB). Dengan perubahan iklim, kebutuhan investasi Indonesia melonjak 6% menjadi sekitar US$ 74 miliar atau setara 5,1% PDB.
Baca Juga: Pemerintah Dorong Investasi China ke Indonesia, Ekonom Ingatkan Jebakan Utang Sebab, perubahan iklim juga kemudian meningkatkan kebutuhan energi dan air bersih secara signifikan. Senada, Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky membenarkan perubahan iklim akan meningkatkan kebutuhan invetsasi infrastruktur Indonesia. Nah, untuk menanggulangi kebutuhan investasi infrastruktur yang membengkak, Riefky mengimbau pemerintah untuk lebih getol dalam menarik investasi dari sekarang "Pemerintah mulai harus lebih giat mencari investasi, atau mobilisasi pendanaan," terang Riefky kepada Kontan.co.id, Selasa (17/10). Riefky menambahkan, tak hanya menarik investasi dari luar, tetapi baiknya pemerintah juga mengoptimalkan calon penanam modal dari dalam negeri. Menurutnya, dengan memanfaatkan dana dari dalam negeri juga akan menambah pemenuhan kebutuhan investasi secara reislien. Namun meski demikian, lebih baik mencegah daripada mengobati, Riefky mengimbau pemerintah juga tetap harus melakukan upaya dalam menghambat perubahan iklim.
Baca Juga: IESR Tekankan Pentingnya Sokongan Pendanaan China untuk Transisi Energi Indonesia Yaitu dengan menelurkan kebijakan-kebijakan yang ramah lingkungan. Yang saat ini pun tengah diupayakan oleh pemerintah Indonesia.
"Sebenarnya sudah ada rencana, seperti pensiun dini PLTU, memberi insentif kendaraan listrik, sudah mengeluarkan kebijakan perdagangan karbon meski volumenya belum terlalu besar," ungkapnya. Dengan langkah-langkah tersebut, Riefky yakin kebutuhan investasi infrastruktur akan cukup sehingga pembangunan yang berkelanjutan akan terjadi. Ini juga akan memberi dampak bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari