JAKARTA. Setelah membangun kompleks rumah murah di Makassar dan Balikpapan, kini Perusahaan Umum Perumahan Nasional (Perum Perumnas) membidik wilayah Nusa Tenggara Timur. Direktur Utama Perumnas Himawan Arief Sugoto menyebut, sekitar 5.000 unit rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah akan dibangun di NTT.Untuk tahap awal diproyeksikan 3.000 unit rumah murah berdiri di enam kabupaten di NTT. Sebanyak 1.000 unit di Sumba Timur, 350 unit di Sumba Barat Daya, dan unit 650 di Manggarai Timur. Kemudian, di Ngada, Ngagegeo, dan Lambata, masing-masing 250, 650, dan 250 unit.Kalau lancar, pembangunan dilaksanakan semester II tahun ini. Namun, Himawan menyebut, Perumnas masih menanti restu pemerintah. "Kami menunggu, ada atau tidak alokasi anggaran APBN. Kami siap bekerja sama dengan pengembang swasta," ujar Himawan kepada KONTAN, Ahad (15/5).Dana minimal yang digelontorkan untuk tahap awal sekitar Rp 75 miliar. Rumah murah bertipe 36 seharga Rp 25 juta per unit. "Lahan keseluruhan 150 hektare di NTT, jadi masih besar kemungkinan terus tambah. Tipe 36 ini nanti kualitasnya berbeda," terang Himawan.Lanjutnya, Perumnas memproyeksikan 35 ribu unit rumah murah terbangun tahun ini. Untuk itu Kalimantan masih menjadi incaran, tepatnya Tarakan dan Samarinda. Dia menargetkan pertengahan tahun ini pembangunan hingga 15 ribu unit rumah murah di Indonesia. Dalam skala nasional pembangunan keseluruhan rumah murah memerlukan sekitar Rp 400 miliar. Ketua Umum Real Estate Indonesia Setyo Maharso tak menampik proyek rumah murah sangat prospektif. Tapi, dia mengingatkan, daya beli masyarakat juga harus bagus. "Rumah murah itu kewajiban pemerintah. Kemampuan ekonomi masyarakat harus diperhatikan, karena kalau ekonomi tidak bagus, tidak bisa beli rumah. Semua harus siap," tutur Setyo.Setyo mendukung pembangunan rumah murah di NTT. Alasannya, masih banyak pengungsi di perbatasan timur Indonesia. Dia juga menyebut kawasan Bandar Lampung dan Manado juga bagus. Selain itu, bagi REI, harga Rp 25 juta harus pula disesuaikan dengan kemampuan daerah. "Aturan main diperlukan, belum semua kabupaten dan kota punya kebijakan sama," pungkas Setyo.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Perumnas bidik pembangunan 5.000 unit rumah murah di NTT
JAKARTA. Setelah membangun kompleks rumah murah di Makassar dan Balikpapan, kini Perusahaan Umum Perumahan Nasional (Perum Perumnas) membidik wilayah Nusa Tenggara Timur. Direktur Utama Perumnas Himawan Arief Sugoto menyebut, sekitar 5.000 unit rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah akan dibangun di NTT.Untuk tahap awal diproyeksikan 3.000 unit rumah murah berdiri di enam kabupaten di NTT. Sebanyak 1.000 unit di Sumba Timur, 350 unit di Sumba Barat Daya, dan unit 650 di Manggarai Timur. Kemudian, di Ngada, Ngagegeo, dan Lambata, masing-masing 250, 650, dan 250 unit.Kalau lancar, pembangunan dilaksanakan semester II tahun ini. Namun, Himawan menyebut, Perumnas masih menanti restu pemerintah. "Kami menunggu, ada atau tidak alokasi anggaran APBN. Kami siap bekerja sama dengan pengembang swasta," ujar Himawan kepada KONTAN, Ahad (15/5).Dana minimal yang digelontorkan untuk tahap awal sekitar Rp 75 miliar. Rumah murah bertipe 36 seharga Rp 25 juta per unit. "Lahan keseluruhan 150 hektare di NTT, jadi masih besar kemungkinan terus tambah. Tipe 36 ini nanti kualitasnya berbeda," terang Himawan.Lanjutnya, Perumnas memproyeksikan 35 ribu unit rumah murah terbangun tahun ini. Untuk itu Kalimantan masih menjadi incaran, tepatnya Tarakan dan Samarinda. Dia menargetkan pertengahan tahun ini pembangunan hingga 15 ribu unit rumah murah di Indonesia. Dalam skala nasional pembangunan keseluruhan rumah murah memerlukan sekitar Rp 400 miliar. Ketua Umum Real Estate Indonesia Setyo Maharso tak menampik proyek rumah murah sangat prospektif. Tapi, dia mengingatkan, daya beli masyarakat juga harus bagus. "Rumah murah itu kewajiban pemerintah. Kemampuan ekonomi masyarakat harus diperhatikan, karena kalau ekonomi tidak bagus, tidak bisa beli rumah. Semua harus siap," tutur Setyo.Setyo mendukung pembangunan rumah murah di NTT. Alasannya, masih banyak pengungsi di perbatasan timur Indonesia. Dia juga menyebut kawasan Bandar Lampung dan Manado juga bagus. Selain itu, bagi REI, harga Rp 25 juta harus pula disesuaikan dengan kemampuan daerah. "Aturan main diperlukan, belum semua kabupaten dan kota punya kebijakan sama," pungkas Setyo.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News