Perundingan lanjutan Inalum digelar Oktober



JAKARTA. Perundingan kelanjutan proyek PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) akan segera direalisasikan. Jika tak meleset, perundingan kelanjutan proyek Inalum antara Indonesia dan Jepang akan dimulai pada Oktober mendatang.Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, saat ini Kementerian Perindustrian (Kemprin) sedang menunggu hasil dari kajian tim independen yaitu Price Waterhouse Coopers mengenai valuasi finansial dari proyek Asahan. "Setelah selesai satu bulan ini valuasinya, nanti kita akan mulai melakukan perundingan. Kira-kira Oktober nanti," kata Hidayat Selasa Malam (31/8).Pemerintah akan melakukan perundingan dalam dua tahap. Pertama, Indonesia akan membawa beberapa opsi yang sudah disiapkan untuk menentukan pengambilalihan Inalum. "Setelah itu baru kita akan bicara dengan internal Indonesia, dengan BUMN maupun peserta lain yang akan masuk ke proyek Inalum, termasuk unsur daerah yang menuntut saham," kata Hidayat. Menurutnya, Inalum adalah perusahaan yang juga membutuhkan modal untuk berkembang. "Ini bisnis, jadi siapapun nanti yang akan ikut terlibat sebagai investor tentu dia harus membayar," kata Hidayat. Pada tahap awal, Jepang dan Indonesia akan memaparkan situasi terbaru dari proyek Inalum menurut versi masing-masing. "Lalu membicarakan rencana bisnis masing-masing, kan masing-masing sudah saling mengajukan," ungkap Hidayat.Ketua Tim Teknis Inalum Ansari Bukhari menambahkan, kajian dari tim teknis mengenai Inalum telah keluar. "Dari tim teknis, kami menunggu dari kajian tim independen. Sebab, kajian itulah yang nanti menjadi dasar," kata Ansari. Sehingga, imbuhnya, perundingan antara Jepang dan Indonesia baru akan dimulai pada Oktober nanti.Proyek Inalum adalah proyek kerjasama antara pemerintah Indonesia dan investor asal Jepang yang tergabung dalam Nippon Asahan Alumunium Co.Ltd (NAA). Kerjasama ini dimulai sejak tahun 1975 dan akan berakhir pada 2013 nanti. Saat ini, pemerintah Indonesia menguasai saham Inalum sebesar 41,12%, sedangkan sisanya sebesar 58,88% dikuasai oleh NAA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: