Peruri siapkan capex 1,4 triliun



JAKARTA. Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) siapkan belanja modal Rp 1,4 triliun. Rencananya, dana ini untuk membeli mesin produksi.

Sekedar informasi, Peruri memproduksi uang kertas, uang logam, materai, paspor, pita cukai, dan sertifikat tanah. Adapun kapasitas per tahun masing-masing produk adalah 7 miliar bilyet (lembar) uang kertas, 1,6 miliar keping uang logam, 800 juta keping materai, 8 juta buku paspor, 18 miliar keping pita cukai, dan 5 juta set sertifikat tanah.

"Rencananya capex ini kami gunakan untuk pembelian satu lini mesin pencetak uang kertas, satu unit mesin produksi uang logam, dan satu unit untuk mesin pita cukai. Dengan tambahan mesin ini, harapan kami produksi bisa tumbuh 20%," kata Antonius, Direktur Keuangan Peruri, Senin (6/4).


Itu artinya, untuk uang logam bisa meningkat menjadi 8,4 miliar bilyet per tahun. Kemudian uang logam bisa menjadi 1,92 miliar keping per tahun. Dan untuk cukai bisa 21,6 miliar keping.

Selain akan menambah mesin produksi, rencana kerja Peruri tahun ini adalah menggenjot produk non uang. Menurut Prianto, Direktur Utama Peruri saat ini pihaknya terlalu tergantung dengan produksi uang. Inginnya tahun ini, produksi uang tetap meningkat tetapi kontribusi non uang ikut meningkat.

"Tahun 2013 kontribusi uang 61%. Lalu di 2014 bisa menjadi 59%. Dan tahun ini harapannya bisa 55%," kata Prianto.

Selain itu Peruri berharap bisa makin banyak mendapat pesanan dari pasar ekspor. Sekarang ini pesanan dari ekspor antara lain paspor dari Srilanka, uang Nepal dan Argentina.

"Kami berharap bisa memperluas ke negara lain. Seperti ke Timor Timor, Manila, dan juga Timur Tengah," ujar Prianto.

Dengan berbagai ekspansi itu, Peruri berharap pendapatannya bisa bertumbuh dibandingkan 2014 lalu. Di 2014 lalu, Peruri mencatatkan pendapatan Rp 2,31 triliun.

Di 2015 ini, Peruri berharap pendapatannya bisa tumbuh 27,09%. "Proyeksi pendapatan kami di 2015 Rp 3 triliun. Dan untuk labanya bisa mencapai Rp 270 miliar. Tahun lalu, laba kami Rp 334 miliar, besar memang karena ada penambahan penjualan aset, kalau tahun ini tidak," kata Prianto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie