KONTAN.CO.ID - Arab Saudi mulai melirik investasi ketahanan pangan (food security) ke Indonesia. Salah satu komoditas yang dilirik untuk investasi adalah produk-produk edible oil. Melihat peluang ini, perwakilan perdagangan Indonesia di Riyadh, Arab Saudi, bertemu dengan perwakilan Saudi Agricultural and Livestock Company (SALIC) pada 11 Juli 2023. “Terkait dengan produk edible oil, SALIC sangat tertarik untuk menjalin kerja sama dengan Indonesia. Indonesia merupakan produsen terbesar Crude Palm Oil (CPO), baik yang dihasilkan oleh perkebunan pemerintah, swasta, maupun perkebunan rakyat,” kata Atase Perdagangan Riyadh Gunawan. Dalam pertemuan bisnis tersebut, Gunawan bertemu dengan Senior Vice President (SVP) International Investment SALIC Samih Alyaman. Gunawan memberikan informasi kepada Samih mengenai potensi investasi di Indonesia di bidang ketahanan pangan.
Gunawan menyebut, United States Department of Agriculture (USDA) memproyeksikan pada 2022/2023 produksi CPO Indonesia bisa mencapai 45,5 juta metrik ton (MT) dan produksi CPO Malaysia 18,8 juta MT. Jika digabungkan, produksi CPO Indonesia dan Malaysia mencapai 64,3 juta MT. Artinya, jumlah produksi tersebut menguasai 83 persen dari total produksi CPO global yang diperkirakan mencapai 77,22 juta MT pada 2022/2023. Gunawan mengungkapkan, nilai ekspor minyak goreng Indonesia ke Arab Saudi pada 2022 sebesar USD 265,73 juta, pada 2021 sebesar USD 259,02 juta, dan 2020 adalah sebesar USD 89,43 juta. Nilai ekspor Indonesia ke Arab Saudi dalam periode 2018–2022 tumbuh sekitar 44 persen. Jumlah ekspor minyak goreng tahun 2022 kurang lebih 225,98 juta MT, yang artinya menyuplai 32 persen total kebutuhan Arab Saudi. Duta Besar RI di Riyadh Abdul Aziz Ahmad mengatakan, Arab Saudi mengimpor minyak goreng dari berbagai negara yang dalam tiga tahun terakhir (2020–2022) berturut-turut sebesar USD 124,9 juta, USD 117,76 juta, dan USD 884,19 juta. Impor Arab Saudi dari berbagai negara periode 2018– 2022 tumbuh kurang lebih 38 persen. Pada 2022, total impor minyak goreng Arab Saudi dari seluruh dunia berjumlah 669,65 juta MT. “Jumlah ini kurang lebih berkontribusi terhadap dua persen total impor barang dan jasa Arab Saudi dari seluruh dunia. Negara penyuplai terbesar minyak goreng bagi Arab Saudi adalah Malaysia, Indonesia, Oman, Persatuan Emirat Arab, Singapura, Mesir, Kanada, Spanyol, dan Amerika Serikat,” kata Dubes Abdul. SALIC merupakan anak perusahaan yang diinisiasi Pemerintah Kerajaan Arab Saudi. SALIC dibentuk melalui kemitraan nasional, regional, dan internasional. Kepemilikan SALIC berasal dari saham gabungan Arab Saudi yang dimiliki oleh Dana Investasi Publik (PIF) Pemerintah Kerajaan Arab Saudi. SALIC dibentuk berdasarkan peraturan investasi di Arab Saudi yang menetapkan bahwa semua kegiatan investasi harus dilakukan baik di dalam negeri maupun di luar Arab Saudi. Ketentuan ini dimaksudkan sebagai strategi untuk mencapai ketahanan pangan dengan cara menyediakan produk makanan dan menstabilkan harga. SALIC mulai berinvestasi pada 2012 melalui kerja sama dengan perusahaan-perusahaan global di bidang pertanian, perdagangan biji-bijian, beras, dan daging di berbagai negara. Perusahaanperusahaan mitra SALIC antara lain terdapat di Ukraina, Kanada, India, Australia, Brasil, Singapura, dan Inggris. Di dalam negerinya, SALIC telah bersinergi dengan perusahaan biji-bijian nasional seperti Almarai dan Nadec serta perusahaan yang bergerak di bidang perikanan. SALIC telah melakukan identifikasi 12 komoditas pangan pokok yang didasarkan pada kepentingan strategis untuk menjamin ketahanan pangan jangka panjang. Komoditas-komoditas tersebut juga menjadi pangan pokok terpenting di Arab Saudi dan banyak wilayah lainnya. Kedua belas komoditas tersebut adalah gandum, biji sereal, beras, jagung, kedelai, pakan ternak, daging merah, unggas, ikan budidaya, minyak goreng, gula, dan produk susu serta olahannya. Sekilas Produksi Sawit Indonesia Berdasarkan data Statistik Perkebunan Unggulan Nasional 2019-2021 Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian, luas perkebunan kelapa sawit mencapai 15,08 juta hektare (ha) pada 2021. Luasnya naik 1,5 persen dibanding tahun sebelumnya yang seluas 14,8 juta ha. Mayoritas lahan dimiliki Perkebunan Besar Swasta (PBS) seluas 8,42 juta ha (55,8 persen), diikuti Perkebunan Rakyat (PR) 6,08 juta ha (40,34 persen) dan Perkebunan Besar Negara (PBN) 579,6 ribu ha (3,84 persen). Jumlah produksi kelapa sawit nasional adalah 49,7 juta ton pada 2021, naik 2,9 persen dari tahun sebelumnya yang berjumlah 48,3 juta ton.
Areal perkebunan kelapa sawit tersebar di 26 provinsi di Indonesia. Provinsi Riau memiliki areal terluas dengan 2,89 juta ha pada 2021 atau 19,16 persen dari total luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Produksi kelapa sawit di Riau mencapai 10,27 juta ton pada 2021, merupakan jumlah terbesar di Indonesia dan menyumbang 20,66 persen produksi kelapa sawit nasional. Secara nilai, ekspor minyak goreng Indonesia pada 2022 sebesar USD 24,36 miliar, 2021 sebesar USD 24,02 miliar, dan 2020 sebesar USD 12,6 miliar. Negara tujuan ekspor minyak goreng Indonesia adalah India, Tiongkok, Pakistan, Amerika Serikat, Bangladesh, Malaysia, Mesir, Rusia, Vietnam, dan Italia.
Baca Juga: Mendag Zulkifli Hasan Penuhi Undangan, Dua Menteri Utama Arab Saudi Menjamu di Jeddah Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti