KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Langkah mengatur ulang portofolio investasi mulai menjadi perhatian para pemain asuransi jiwa. Terlebih, saat kondisi pasar modal mulai membaik pasca pandemi meskipun masih ada sentimen-sentimen penghambat. Sebagai informasi, aset investasi asuransi jiwa yang masih bisa tumbuh sekitar 5,75% yoy, berdasarkan data OJK per Juni 2022. Dimana, pada Juni 2021 tercatat senilai Rp 492,35 triliun menjadi nilainya sekitar Rp 520,68 triliun, satu tahun setelahnya. Adapun, Astra Life menjadi salah satu yang mulai melakukan pengaturan ulang portofolio investasinya. Presiden Direktur Astra Life Windawati Tjahjadi bilang portofolio di saham mulai meningkat.
“Sekarang karena indeks sudah mulai naik lagi, kita lihat beberapa bulan ini sudah mulai meningkat lagi untuk yang berbasis saham, tapi masih belum stabil rasanya,” ujar Windawati, belum lama ini. Baca Juga: Kasus Gagal Bayar Asuransi Tak Kunjung Usai, RPK Menjadi Syarat Wajib Adapun, total aset Astra Life, yang di dalamnya termasuk aset investasi, tercatat senilai Rp 7,4 triliun per semester I/2022. Nilai tersebut meningkat sekitar 11% dari sebelumnya yang dicatat senilai Rp 6,6 triliun. Sementara itu, Direktur Utama BRI Life Iwan Pasila bilang pihaknya masih disiplin untuk melakukan investasi sesuai dengan kebijakan investasi yang telah disusun berdasarkan jenis risiko yang risiko yang di-cover, durasi kewajiban, kualitas jenis investasi, dan tingkat likuiditas yang diinginkan. Dimana, sampai dengan akhir Juli 2022, total investasi mencapai Rp 15,89 Triliun, terdiri dari investasi portofolio non unitlink (UL) sebesar Rp 12,17 triliun dan portofolio UL sebesar Rp 3,72 triliun. “Kami lakukan untuk memastikan kami mengelola dana pemegang polis sesuai dengan baik dan benar sehingga kami dapat memenuhi seluruh kewajiban tepat waktu,” ujar Iwan, akhir pekan kemarin. Iwan merinci untuk portofolio non UL, BRI Life menempatkan dana Rp 7,14 triliun atau sekitar 59% pada SUN. Selanjutnya, sekitar 18% pada obligasi korporasi, 14% pada reksadana pasar uang, dan 7% pada deposito. Selanjutnya, Direktur Keuangan BNI Life Eben Eser Nainggolan menyebutkan bahwa dalam pengelolaan investasi, mayoritas saat ini masih didominasi oleh faktor – faktor makro ekonomi seperti tensi geopolitik antara Rusia dan Ukraina, inflasi Amerika Serikat yang mencapai level tertinggi dalam 4 dekade terakhir. “Perlambatan ekonomi dunia serta inflasi Indonesia yang mencapai level tertinggi dalam 5 tahun terakhir juga membuat pasar saham dan obligasi Indonesia bergerak cukup volatile,” ujar Eben. Aset investasi BNI Life terbesar terletak pada reksa dana sekitar 44% dari total aset dan sebagian besar merupakan reksa dana pendapatan tetap. Per Juli 2022, total aset investasi perusahaan sebesar Rp 20,7 triliun atau naik sebesar 5,1% secara yoy. Baca Juga: Jadi Solusi, Kopra Host to Host Fasilitasi Kebutuhan Sektor Asuransi