Monsanto menangkan hak paten benih kapas di India



KONTAN.CO.ID - NEW DELHI.  Perusahaan multinasional asal Amerika Serikat (AS) Monsanto dapat tersenyum lega. Pasalnya, Mahkamah Agung India memutuskan pada hari Selasa (8/1) bahwa Monsanto dapat mengklaim hak paten atas benih kapas yang dimodifikasi secara genetik (genetically modified/GM).

Keputusan ini diharapkan dapat mendorong perusahaan bioteknologi meningkatkan investasi di negeri tersebut.

Keputusan MA India tersebut membatalkan keputusan Pengadilan Tinggi New Delhi sebelumnya, yang menyatakan bahwa perusahaan produk pertanian yang terkenal dengan benih hasil rekayasa genetika tersebut, yang telah dibeli oleh Germany's Bayer AG, tidak dapat mengklaim paten atas biji kapas GM.


Kantor berita Reuters melaporkan, keputusan MA India ini memberikan angin segar bagi perusahaan pertanian asing yang beroperasi di negeri tersebut seperti halnya Bayer, Dupont Pioneer dan Syngenta yang sempat khawatir mereka akan kehilangan hak paten pada tanaman GM di India. Keputusan itu juga disambut positif salah satu asosiasi petani utama di India.

"Keputusan ini adalah langkah yang sangat baik karena sebagian besar perusahaan internasional telah berhenti merilis teknologi baru di India karena ketidakpastian atas aturan paten," kata Ajit Narde, Pemimpin Shetkari Sanghatana, sebuah organisasi petani yang telah  menuntut akses untuk teknologi baru di India.

Narde menambahkan, akses ke teknologi mutakhir penting untuk membantu petani India agar bisa bersaing dengan pertanian di luar negeri.

Teknologi benih kapas GM milik Mosanto terus mendominasi 90% dari luas pertanian kapas di India. Namun dalam beberapa tahun terakhir, Monsanto berselisih dengan perusahaan benih India yakni Nuziveedu Seeds Ltd (NSL) atas paten GM yang sempat menarik perhatian pemerintah AS dan India.

Ketua Federasi Industri Benih India M Ramasami mengatakan, putusan MA India tersebut akan mendorong pengembangan teknologi baru dan proses pertanian yang pada gilirannya akan menguntungkan petani dan meningkatkan daya saing ekonomi pertanian India.

Editor: Noverius Laoli