Perusahaan besar China yang kesulitan bayar utang bertambah



KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. Perusahaan-perusahaan besar China yang mengalami kesulitan bayar utang semakin bertambah. Terbaru datang dari China Minsheng Investment Group Corp (CMIG) yang mengalami gagal bayar silang atau cross default atas obligasi global sebesar US$ 800 juta.

Krisis utang yang dialami perusahaan konglomerasi paling terkenal di China itu mengemuka pada Kamis (18/4). Berdasarkan keterbukaan di Bursa Hongkong, perusahaan ini telah menunjuk Kirland & Ellis sebagai penasehat hukum dan telah membentuk komite kreditur untuk mencoba menstabilkan perusahaan.

Default silang terjadi setelah masalah yang dialami CMIG menyebar ke afiliasinya yakni Yida China Holding Ltd membuat sebagian utang pengembang itu dapat dibayar secara langsung dan menyebabkan reaksi berantai balik ke perusahaan sekurities CMIG.


Kekhawatiran investor dengan pasar obligasi China bertambah setelah CMIG terlambat melakukan pembayaran utang awal tahun ini. CMIG bergabung dengan perusahaan konglomerasi China lainnya seperti HNA Group yang juga sedang berjuang melakukan pembayaran utang paska melakukan ekspansi besar-besaran.

Sejak didirikan pada tahun 2014, CMIG telah menghabiskan lebih dari US$ 4 miliar untuk investasi dan mengumpulkan utang sekitar US$ 35 miliar pada September tahun lalu.

"Krisis utang CMIG akan memburuk karena kreditor akan berusaha membekukan lebih banyak aset jika gagal bayar terjadi pada surat utang onshore public offered," kata Chen Su, manajer portofolio obligasi di Qingdao Rural Commercial Bank seperti dikutip Bloomberg, Jumat (19/4).

CMIG mengatakan pihaknya juga telah mencapai kesepakatan dengan pemegang wesel pribadi untuk persetujuan untuk penundaan pembayaran hingga 19 April dari sebelumnya 8 April.

Lembaga pemeringkat global S&P telah memangkasa rating kredit China Yida menjadi CCC dari CCC+ pada Kamis lalu. Perusahaan disebut kemungkinan akan menghadapi kesulitan likuiditas dalam 12 bulan ke depan.

Krisis yang dialami perusahaan-perusahaan China semakin menyebar meskipun kondisi ekonomi negara itu stabil. Berdasarkan catatan Bloomberg, ada sebanyak 44 perusahaan Cina yang menghadapi kesulitan pembayaran utang obligasi dengan total nilai mencapai US$ 43,7 miliar.

Pada Rabu (17/4), rating perusahaan konglomerasi Citic Guoan Group Co diturunkan setelah penyitaan aset baru, membantu memicu penurunan saham unit terdaftarnya. Sementara Grup Tewoo awal bulan ini meminta bantuan dari pemberi pinjaman untuk menambah utangnya di tengah tekanan kredit.

CMIG adalah pemenang Dong Wenbiao, mantan ketua bank non-pemerintah terbesar Tiongkok yang dikenal sebagai "ayah baptis" sektor swasta negara itu. Menganggap perusahaan sebagai JPMorgan Chase & Co. versi Cina, Dong meyakinkan 59 perusahaan non-negara untuk bergabung sebagai pemegang saham perusahaan.

Perusahaan pendanaan itu akhirnya mengering karena investasinya mengalami kesulitan dan bank menarik kembali karena regulasi yang lebih ketat dan melambatnya pertumbuhan ekonomi.

Editor: Khomarul Hidayat