Perusahaan farmasi cari akal untuk tangkal pelemahan rupiah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) jelas berdampak negatif terhadap kinerja perusahaan farmasi. Pasalnya mayoritas bahan baku masih diimpor, sehingga pelemahan rupiah bakal meningkatkan beban kurs perusahaan. Untuk mengatasi itu, perusahaan farmasi telah menyiapkan strategi.

Direktur Utama PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius mengungkapkan pihaknya mengambil langkah untuk natural hedging dan juga mitigasi risiko melalui cash balance. Mitigasi risikonya melalui cash balance dalam dollar AS di neraca sekitar US$ 40 juta-US$ 50 juta.

"Kami juga memastikan jumlah persediaan bahan baku siap dalam jangka waktu 3 bulan-4 bulan dari kebutuhan. Untuk frekuensi belinya fleksibel tergantung kebutuhan," kata Vidjongtius kepada Kontan.co.id, Senin (3/9).


Catatan saja pekan lalu, emiten berkode saham KLBF ini merevisi target pertumbuhan penjualan bersih di tahun 2018 menjadi 5%-7%. Sebelumnya target pertumbuhan penjualan KLBF sebesar 9%. 

Sementara itu, KLBF fokus mempertahankan pangsa pasar dan menjaga efisiensi biaya, di tengah kondisi daya beli masyarakat yang masih melemah.

Selain itu, Kalbe Farma juga mengambil kebijakan untuk menaikkan harga produk kesehatan yang meliputi obat bebas dan minuman nutrisi sekitar 3%-5%. Kebijakan ini dilakukan atas dasar pertimbangan situasi makro ekonomi serta pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar tersebut.

Direktur Utama PT Phapros Tbk Barokah Sri Utami menjelaskan pihaknya melakukan beberapa strategi. Misalnya berupa natural hedging berupaya meningkatkan ekspor. "Seperti ke Kamboja, Filipina, nigeria," kata Emmy sapaannya kepada Kontan.co.id, Senin (3/9).

Anak usaha PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) ini juga melakukan kontrak bahan baku setiap tahun yang sesuai rolling forecast. Perusahaan pelat merah ini juga memprioritaskan kegiatan pencarian bahan baku alternatif. Hal ini dalam upaya juga untuk mengembangkan obat herbal. Phapros juga belum ada rencana untuk menaikkan harga jual.

Dari kinerja pendapatan maupun laba, Barokah mengaku sampai semester I-2018 tumbuh dobel digit. Tahun ini, produsen obat Antimo ini juga menargetkan pendapatan sebesar Rp 1,4 triliun-Rp 1,5 triliun. Dengan total laba Rp 200 miliar. "Belum ada revisi target penjualan dan laba," katanya.

Steven Setiawan, Corporate Secretary PT Pyridam Farma Tbk mengatakan perusahaan melakukan hedging dan juga kontrak pembelian bahan baku berjangka. "Hedging sesuai kebutuhan jangka pendek," kata Steven kepada Kontan.co.id, Senin (3/9).

Tahun ini, emiten berkode saham PYFA membidik kenaikan penjualan bersih sebesar 6% dan laba bersih naik 8%. Asal tahu, tahun lalu emiten farmasi ini mencatat pertumbuhan penjualan 7% dan laba naik 20%. "Sementara belum ada revisi target," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi