KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor insurance technology (insurtech) atau asuransi berbasis teknologi kian mengalami pertumbuhan pesat di Indonesia. Kehadiran insurtech pun menjadi bagian dari adopsi digital untuk meningkatkan pendapatan pada premi asuransi. Oleh karena itu dalam memperluas pangsa pasar, perusahaan insurtech pun terus memperluas pangsa pasar di wilayah Asia Tenggara Misalnya saja, perusahaan insurtech, Fuse yang telah bekerja sama dengan lebih dari 40 perusahaan asuransi. Dari 40 perusahaan asuransi tersebut, 7 diantaranya merupakan Titanium Partner, sebutan untuk partner perusahaan asuransi yang menjadikan Fuse sebagai satu-satunya perusahaan insurtech yang diajak bekerja sama. "Sebagai platform teknologi yang independen, Fuse mencurahkan seluruh perhatian untuk mendistribusikan produk asuransi secara
online, dan saat ini, Fuse telah beroperasi di Indonesia, Tiongkok dan Vietnam," kata Andy Yeung, Founder & CEO Fuse kepada kontan.co.id, Senin (29/8).
Andy menjelaskan, pengalaman Fuse di Indonesia ini telah memberikan pihaknya wawasan yang luar biasa tentang pasar insurtech. Hal ini menjadi landasan Fuse untuk berekspansi di wilayah Asia Tenggara.
Baca Juga: Hati-hati! Suku Bunga Naik Bisa Bikin Klaim Asuransi Kredit Meningkat "Fuse berada di posisi yang tepat untuk memasuki pasar asuransi potensial yang kurang terpenetrasi ini melalui platform teknologi unik, yang menghadirkan kanal-kanal distribusi yang bervariasi sesuai dengan kebutuhan konsumen," ujar Andy. Andy menyebut, tingkat penetrasi asuransi di Asia Tenggara kurang dari 5%, dan ada lebih dari 600 juta orang di Asia Tenggara yang masih belum terproteksi. Oleh karena itu, ini menjadi momentum bagi Fuse memperluas pangsa pasarnya ke hingga ke Asia Tenggara. Fuse memang telah beroperasi di Vietnam. Fuse juga tengah membidik Thailand dalam memperluas pangsa pasar. Andy pun optimis, perusahaan masih di jalur yang tepat untuk mencapai target tahun 2022. Perusahaan menargetkan pendapatan bisa tumbuh dua kali lipat atau mencapai Rp 3 triliun dari perolehan
gross written premium (GWP) di tahun 2021 yang mencapai Rp 1,5 triliun. Angka tersebut menggambarkan kontribusi Fuse lebih dari 2% terhadap pangsa pasar asuransi umum di Tanah Air. Raihan ini didapat dari kontribusi model bisnis B2A (
business to agent/ broker) dan B2B2C. Sementara itu, hingga saat ini Insurtech Qoala juga telah menjalin kerja sama dengan lebih dari 30 perusahaan asuransi umum terkemuka di Asia Tenggara, dan sedang membangun kerjasama dengan perusahaan asuransi jiwa/kesehatan. Sementara dari sisi pemasaran, Qoala sudah bekerja sama dengan 50+ platform digital dan juga 50,000 tenaga pemasar.
Baca Juga: Insurtech Fuse Mengaku Tak Berencana Akuisisi Perusahaan Asuransi, Ini Alasannya COO Qoala Tommy Martin mengaku, masih on target dalam pencapaian target bisnis di tahun 2022, terutama setelah tumbuh sebesar 30x dari awal tahun 2020 ke akhir 2021 lalu. "Qoala sudah beroperasi di Indonesia, Thailand, Malaysia dan Vietnam. Fokus tahun ini dan tahun depan kami ingin bisa mengembangkan bisnis di
market internasional, di ketiga negara tersebut saja. Namun Indonesia tetap akan menjadi fokus utama," ungkap Tommy. Tommy menjelaskan, alasan utama pihaknya mengembangkan bisnis internasional di Asia Tenggara adalah karena, demography dan culture/kebudayaan yang lebih mirip dengan Indonesia. Selain itu, tingkat pemahaman masyarakat terhadap asuransi yang masih cukup rendah, yang menjadi tantangan dan juga opportunities untuk berinovasi, dan juga untuk dapat mempercepat pembelajaran kami di masing-masing negara supaya dapat membangun synergy baik dari sisi teknologi dan proses. Menurutnya, potensi pemasaran asuransi digital di Indonesia tentunya memiliki potensi yang sangat besar dikarenakan jumlah populasi, pertumbuhan pendapatan domestik bruto dan juga ekosistem digital yang luar biasa Sementara Thailand dan Malaysia sudah mengadopsi asuransi kenderaan yang mandatory, sehingga tingkat edukasi dan pemahaman masyarakat atas asuransi sudah lebih terbentuk. "Namun kami melihat masih banyak inovasi yang dapat dikembangkan dari sisi akses dan layanan produk asuransi kenderaan. Selain itu, masih banyak potensi pengembangan produk asuransi terutama di kesehatan dan jiwa," katanya.
Baca Juga: Pelonggaran Mobilitas Masyarakat Kerek Kinerja Premi Asuransi Perjalanan Tommy menuturkan, dalam membidik pasar di Asia Tenggara, dari pendanaan series B sebesar US$ 65 juta yang telah Qoala dapatkan, akan perusahaan investasikan untuk dapat terus berinovasi dan mengembangkan adopsi asuransi di Asia Tenggara. "Dan tentunya kami akan terus mencari pendanaan untuk dapat terus mengembangkan bisnis insurtech ke depannya," imbuh Tommy. Insurtech Lifepal juga mengaku sejak awal tahun 2022 terus mencatat pertumbuhan yang sangat baik, termasuk untuk jumlah nasabah. Pencapaian ini didukung oleh tiga poin yang menjadi fokus perusahaan di tahun ini. Seperti inventory, dengan terus memperluas jangkauan produk kami baik dari asuransi kesehatan, jiwa, kendaraan, perjalanan dan sebagainya melalui ekspansi dari mitra rekan asuransi. Khusus untuk Inventory, Lifepal secara konsisten memperluas jaringan kerjasama dengan berbagai perusahaan asuransi. Selain itu Lifepal juga menggandeng berbagai mitra di luar industri asuransi seperti Telkomsel, Carsome, Bank Mandiri, hingga Shopee dalam membantu perusahaan mewujudkan visi misi mendorong literasi akan pentingnya asuransi di kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Poin kedua yaitu, pricing. Yaitu dengan terus mengembangkan skala perusahaan yang berkelanjutan sehingga menawarkan produk-produk tersebut dengan harga yang kompetitif. "Ketiga yaitu,
convenience yang artinya bagaimana menciptakan produk, proses dan
people kami dari Lifepal untuk memberikan layanan yang paling nyaman pada nasabah kami," ujar Co-Founder Lifepal Benny Fajarai Benny menyampaikan, saat ini Lifepal berada di jalur yang tepat dalam mencapai target hingga akhir tahun, yaitu pertumbuhan perusahaan secara berkelanjutan hingga empat kali lipat secara tahunan atau
Year on Year (YoY).
Baca Juga: Klaim Asuransi Kredit Membengkak pada Awal Tahun Ini Berbeda dengan Insurtech Qoala dan Fuse, Life pada tahun ini masih fokus untuk
market Indonesia. Menurut Benny, tingkat penetrasi asuransi di Indonesia saat ini yang masih terhitung rendah meski terus mencatat kenaikan memperlihatkan bahwa masih banyak dibutuhkan edukasi dan literasi kepada masyarakat mengenai pentingnya sistem pengamanan diri dan barang melalui layanan asuransi. Oleh karena itu Lifepal akan terus fokus dalam mengembangkan layanan untuk pasar domestik di Indonesia, dan di satu sisi tetap membuka pintu akan peluang untuk ekspansi di negara lain khususnya di Asia Tenggara. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .