Perusahaan Jepang juga angkat kaki dari China, termasuk Uniqlo dan Seiko



KONTAN.CO.ID - TOKYO. Dengan diberlakukannya kenaikan pajak oleh AS atas sejumlah barang dari China pada Minggu (1/9), perusahaan asal Jepang yang memiliki pabrik di China mulai mencari-cari alternatif lain. Langkah ini dilakukan untuk meminimalisir penurunan pendapatan mereka akibat perang dagang antara Amerika dengan China.

Mengutip situs Asia Nikkei, pajak tambahan sebesar 15% sudah diterapkan atas 3.243 barang-barang China, termasuk barang-barang konsumen seperti pakaian dan jam. Hal ini yang kemudian mendorong perusahaan Jepang untuk memindahkan basis produksi ke negara Asia Tenggara.

Baca Juga: Bukan gertak sambel, China naikkan pajak 1.717 barang asal AS sejak Minggu (1/9)


Fast Retailing, yang merupakan operator merek Uniqlo, mengatakan mayoritas produksinya dilakukan di China. Selain itu, pengiriman barang masih akan tetap dilakukan dari China ke 52 toko yang beroperasi di AS hingga akhir Juli tahun depan. Pasar Amerika Utara secara keseluruhan menyumbang nilai penjualan sekitar 90 miliar yen (US$ 847 juta) atau 5% dari total penjualan Uniqlo pada tahun fiskal yang berakhir Agustus 2018.

Sebelumnya, kenaikan pajak ini hanya berdampak pada sejumlah barang Uniqlo, seperti ikat pinggang kulit. Namun, putaran teranyar, kenaikan pajak diperluas ke sejumlah barang seperti kaos t-shirt dan celana.

"Pimpinan kami harus datang ke Jepang sehingga kami bisa mendiskusikan seberapa besar dampaknya dan bagaimana kami akan merespon," jelas salah seorang esksekutif Fast Retailing kepada Asia Nikkei.

Baca Juga: Perusahaan AS ramai-ramai hengkang dari China, Indonesia jadi salah satu pilihan

Perusahaan mempertimbangkan untuk memindahkan sejumlah produksi ke negara-negara Asia Tenggara, seperti Vietnam dan Kamboja. Namun, Fast retailing mengaku, pemindahan ini juga menghadapi sejumlah kendala.

"Kami masih bergantung pada China untuk bahan baku. Sehingga kami masih mengalami tingginya biaya pembelian dan pengiriman produk yang telah jadi ke AS," bisik sumber tersebut kepada Asia Nikkei.

Jika perusahaan tidak dapat menanggungnya, maka hal itu akan dibebankan kepada konsumen.

Baca Juga: Kondisi global makin tak pasti, bank sentral asia timur pasifik perkuat koordinasi

Produsen jam juga tengah mempertimbangkan negara alternatif produksi. Seiko Holdings, misalnya. Perusahaan mempertimbangkan untuk memindahkan produksi barang-barang tertentu, sebagian besar arloji dengan harga di bawah US$ 500, ke Jepang dari China. Sementara, Citizen Watch berencana memindahkan produksi ke Thailand.

Informasi saja, selain kenaikan pajak yang diberlakukan Minggu (1/9), Washington juga berencana untuk mengerek pajak atas produk buatan China senilai US$ 250 miliar menjadi 30% dari sebelumnya 25% pada Oktober.   

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie