TOKYO. Perusahaan Jepang makin gencar mengakuisisi perusahaan di luar negeri. Mereka menggunakan dana tunai mereka yang berlimpah untuk membidik aset-aset yang harganya tergerus hebat akibat krisis kredit dan perlambatan ekonomi.Menurut data Bloomberg, kini, nilai pembelian perusahaan asing oleh perusahaan Jepang itu telah mencapai US$ 48,6 miliar, naik 91% dari posisi akhir 2007. Ini merupakan angka tertinggi di antara 10 negara-negara yang memiliki pasar modal terbesar di dunia.Perusahaan-perusahaan Jepang memiliki uang tunai hingga 11% dari total aset mereka. Likuiditas itu adalah yang terbesar kedua di antara 10 negara dengan pasar modal terbesar. Tentu, likuiditas China tetap yang terbesar.
Ironisnya, di Amerika Serikat dan Inggris, para perusahaan justru kesulitan mencari kredit akibat efek domino kasus subprime. Alhasil, nilai akuisisi oleh perusahaan AS merosot 67% dari akhir 2007. Sedangkan di Inggris, nilai akuisisi turun 66%. Paul Sheehan, Chief Executive Officer Thaddeus Capital Management, di Hong Kong, menilai bahwa perusahaan Jepang memakai berbagai akuisisi itu lebih untuk meningkatkan ukuran bisnis perusahaan daripada untuk mempertebal dompet para pemegang saham. Peluang Bagi Perusahaan Farmasi dan Makanan Tingginya nilai akuisisi ini mengingatkan orang pada kejadian serupa tahun 1980-an. Waktu itu, perusahaan Jepang gencar membeli aset asing seperti Rockefeller Center dan Pebble Beach Golf Link di AS.