KONTAN.CO.ID - Keberadaan sektor e-commerce mendapat tempat khusus di Indonesia sejak masa COVID-19, karena pembatasan interaksi untuk mencegah penyebaran COVID. Baik masyarakat sebagai konsumen, maupun pelaku usaha, mencari alternatif untuk dapat tetap memenuhi kebutuhan masing-masing. Transaksi berbasis online merupakan solusi atas masalah yang dihadapi masyarakat. Sejak saat itu, masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan proses transaksi perdagangan online yang minim interaksi langsung. Bahkan, saat ini perilaku pembelian masyarakat Indonesia sudah dapat dikatakan bergeser pada perilaku pembelian berbasis online. Hal ini dapat terlihat dari data Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo, pertumbuhan nilai perdagangan elektronik (e-commerce) di Indonesia mencapai 78%. Sementara pada 2023, berdasarkan data BI, realisasi nilai transaksi perdagangan elektronik Rp 453,75 triliun dengan volume transaksi mencapai 3,71 miliar. Sejalan dengan informasi dari Kominfo, Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Triwulan IV 2023 sebesar 5,05% dan lapangan usaha yang memberikan kontribusi tertinggi adalah usaha transportasi dan pergudangan (BPS, 2023). Data ini menunjukkan bahwa pertumbuhan PDB Indonesia ditopang oleh sektor usaha logistic sekaligus memberikan informasi bahwa usaha logistik akan menjadi sektor yang memiliki market attractiveness yang tinggi untuk investor. Indonesia seharusnya mampu mencapai pertumbuhan PDB yang lebih tinggi pada 2024 jika sektor logistik dapat meningkatkan kinerjanya. Berdasarkan hasil pemeringkatan Bank Dunia, kinerja perusahaan logistik Indonesia dilihat dari Logistic Performance Index (LPI) berada pada posisi 63 dari 139 negara (Mahardika, 2023). Padahal, Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) memprediksi perusahaan logistik dapat bertumbuh 5-8% sehingga akan memberikan kontribusi besar pada pertumbuhan PDB Indonesia (Putra, 2023). Rendahnya LPI Indonesia saat ini karena banyaknya kendala yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan logistik. Tantangannya adalah biaya logistik yang tinggi karena biaya angkut yang mahal, infrastruktur dan layanan pelabuhan yang belum mampu menampung kapal-kapal besar, terbatasnya kawasan ekonomi, serta belum ada konsolidasi rute untuk mengoptimasi pengangkutan barang (Budiyanti, 2023).
Perusahaan Logistik Kunci Pertumbuhan Perdagangan Elektronik (E-Commerce)
KONTAN.CO.ID - Keberadaan sektor e-commerce mendapat tempat khusus di Indonesia sejak masa COVID-19, karena pembatasan interaksi untuk mencegah penyebaran COVID. Baik masyarakat sebagai konsumen, maupun pelaku usaha, mencari alternatif untuk dapat tetap memenuhi kebutuhan masing-masing. Transaksi berbasis online merupakan solusi atas masalah yang dihadapi masyarakat. Sejak saat itu, masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan proses transaksi perdagangan online yang minim interaksi langsung. Bahkan, saat ini perilaku pembelian masyarakat Indonesia sudah dapat dikatakan bergeser pada perilaku pembelian berbasis online. Hal ini dapat terlihat dari data Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo, pertumbuhan nilai perdagangan elektronik (e-commerce) di Indonesia mencapai 78%. Sementara pada 2023, berdasarkan data BI, realisasi nilai transaksi perdagangan elektronik Rp 453,75 triliun dengan volume transaksi mencapai 3,71 miliar. Sejalan dengan informasi dari Kominfo, Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Triwulan IV 2023 sebesar 5,05% dan lapangan usaha yang memberikan kontribusi tertinggi adalah usaha transportasi dan pergudangan (BPS, 2023). Data ini menunjukkan bahwa pertumbuhan PDB Indonesia ditopang oleh sektor usaha logistic sekaligus memberikan informasi bahwa usaha logistik akan menjadi sektor yang memiliki market attractiveness yang tinggi untuk investor. Indonesia seharusnya mampu mencapai pertumbuhan PDB yang lebih tinggi pada 2024 jika sektor logistik dapat meningkatkan kinerjanya. Berdasarkan hasil pemeringkatan Bank Dunia, kinerja perusahaan logistik Indonesia dilihat dari Logistic Performance Index (LPI) berada pada posisi 63 dari 139 negara (Mahardika, 2023). Padahal, Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) memprediksi perusahaan logistik dapat bertumbuh 5-8% sehingga akan memberikan kontribusi besar pada pertumbuhan PDB Indonesia (Putra, 2023). Rendahnya LPI Indonesia saat ini karena banyaknya kendala yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan logistik. Tantangannya adalah biaya logistik yang tinggi karena biaya angkut yang mahal, infrastruktur dan layanan pelabuhan yang belum mampu menampung kapal-kapal besar, terbatasnya kawasan ekonomi, serta belum ada konsolidasi rute untuk mengoptimasi pengangkutan barang (Budiyanti, 2023).