Perusahaan mulai melirik penerbitan obligasi korporasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah sempat meredup, kini perusahaan sudah mulai melirik penerbitan obligasi korporasi sebagai salah satu alternatif mencari dana segar. Bahkan, berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), pada bulan Maret ini terdapat tujuh korporasi yang sudah mendaftarkan penerbitan obligasi.

Para penerbit obligasi korporasi ini juga tergolong punya nama besar. Mulai dari PT Chandra Asri Petrochemical, PT Tower Bersama Infrastructure, PT Merdeka Copper Gold, PT Indah Kiat Pulp & Paper, hingga PT Bank Mandiri Taspen.

Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf menuturkan, ramainya penerbitan obligasi korporasi pada tahun ini tidak terlepas dari prospek ekonomi yang juga mengalami perbaikan. Berbeda dengan tahun lalu di mana penerbit cenderung menunggu karena tidak ingin menambah beban pengeluaran, namun rencana ekspansi tertunda.


“Kalau dari sisi permintaan, dari tahun lalu untuk obligasi korporasi itu selalu ada, khususnya untuk tenor satu tahun. Namun, untuk saat ini permintaan dari para investor memang terus mengalami kenaikan, seiring default risk yang sudah mulai berkurang juga,” kata Dimas ketika dihubungi Kontan.co.id, Rabu (31/3).

Baca Juga: Tertekan di kuartal I-2021, iklim pasar modal kuartal II-2021 diproyeksi lebih baik

Dimas bilang, permintaan terhadap obligasi korporasi, khususnya untuk tenor satu tahun datang dari perbankan maupun manajer investasi. Hal ini seiring dengan melimpahnya likuiditas perbankan, serta dana kelolaan reksadana pasar uang yang terus tumbuh, namun bunga deposito justru terus turun. Tak pelak, obligasi korporasi pun jadi pilihan karena menawarkan yield yang lebih menarik.

Namun, untuk peminat obligasi korporasi dengan tenor tiga tahun maupun lima tahun, dinilai justru belum banyak. Walau demikian, Dimas meyakini dengan mulai pulihnya aktivitas ekonomi, permintaan terhadap obligasi korporasi tenor menengah dan panjang juga akan ikut mengalami kenaikan.

Dalam memilih obligasi korporasi, Dimas menyarankan para investor untuk selalu mempertimbangkan creditworthiness penerbit, track record perusahaan, rating maupun ekspektasi rating apakah ada potensi mengalami pemangkasan di masa yang akan datang. Dimas meyakini saat ini, sebaiknya investor memilih obligasi korporasi dari penerbit dengan rating minimal A.

“Selain aspek kuantitatif seperti 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition), laporan keuangan, serta guidance perusahaan ke depan, aspek kualitatif tidak kalah penting. Terkadang ada penerbit yang sebenarnya mampu bayar, tapi memanfaatkan kesempatan untuk menunda pembayaran dengan alasan pandemi atau kupo sedang volatile, ini harus dipertimbangkan,” tambah Dimas.

Terkait risiko, Dimas mengingatkan selain default risk, salah satu sisi negatif obligasi korporasi adalah likuiditas di pasar sekunder. Oleh sebab itu, hal ini sebaiknya juga diperhatikan investor dalam memilih obligasi korporasi, yakni punya likuiditas relatif baik di pasar sekunder.

Selanjutnya: SBN sedang volatile, obligasi korporasi bisa jadi pilihan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .