Perusahaan patungan KINO masih menanti perizinan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Melengkapi izin operasional PT Kino Indonesia Malee Indonesia dan Malee Kino Company Limited bakal menjadi salah satu agenda utama PT Kino Indonesia Indonesia Tbk pada tahun 2018 ini. Mereka menargetkan dua perusahaan patungan bersama dengan Malee Capital Company Limited tersebut, bisa beroperasi pada akhir tahun nanti. 

Praktis kalau dihitung dari sejak penandatanganan kerjasama pada Oktober 2017, jadwal operasional dua perusahaan patungan memakan waktu sekitar setahun. "JV (joint venture) akan beroperasional di kuartal empat 2018 sebab masih mengurus perizinan dan dokumen lain," terang Harry Sanusi, Presiden Direktur PT Kino Indonesia Indonesia Tbk kepada KONTAN (4/1). 

Makanya, Kino Indonesia belum berniat mematok target besar dari kerjasama lintas negara tersebut. Perlu diketahui, semangat awal Kino Indonesia dan Malee membentuk perusahaan patungan adalah melakukan sinergi bisnis di masing-masing negara.


Menurut rencana, Kino Indonesia Malee berdomisili di Indonesia, sedangkan Malee Kino Company berada di Thailand. Bagi Kino Indonesia misalnya, perusahaan patungan bakal memudahkan ekspor produk perawatan tubuh dan produk farmasi ke Thailand. Mereka juga bisa lebih leluasa mendatangkan dan memasarkan produk bikinan Malee di dalam negeri.

Sekadar mengingatkan, porsi kepemilikan saham Kino Indonesia dan Malee di dua perusahaan patungan tadi berimbang. baik Kino Indonesia maupun Malee menyuntikkan modal sama besar, yakni Rp 40 miliar.

Sembari mengawal proses operasional dua perusahaan patungan, Kino Indonesia mencoba memacu penjualan ekspor ke negara selain Thailand. Negara tujuan ekspor yang sudah mereka rambah meliputi Filipina, Malaysia, Singapura, Vietnam dan Kamboja. "Untuk ekspor ke negara yang market-nya sudah eksis kami targetkan akan naik 15% tahun ini," tutur Harry.

Sejauh ini pasar ekspor belum berkontribusi besar bagi kinerja Kino Indonesia. Menurut catatan internal perusahaan berkode saham KINO di Bursa Efek Indonesia itu, porsi penjualan ekspor hanya setara 4% terhadap total penjualan.

Sebagai gambaran saja, sepanjang sembilan bulan tahun 2017 lalu Kino Indonesia membukukan penjualan sekitar Rp 2,35 triliun. Kalau mengacu  porsi ekspor tadi, besar kontribusi penjualan ekspor sekitar Rp 94 miliar.

Sementara sepanjang tahun ini, Kino Indonesia optimistis mencatatkan pertumbuhan total penjualan sebesar 10% dibandingkan realisasi penjualan tahun 2017. Hanya saja, manajemen perusahaan ini belum bersedia membeberkan pencapaian kinerja sepanjang tahun lalu.

Yang terang, salah satu strategi Kino Indonesia adalah merilis sekitar 50 stock keeping unit (SKU) baru. Selain itu, mereka meyakini momen tahun politik justru bakal merangsang konsumsi masyarakat. "Kondisi tersebut dapat menumbuhkan konsumsi masyarakat lebih baik," prediksi Harry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati