Perusahaan pengumpul data asal China akan IPO di NYSE dengan target US$ 300 juta



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Perusahaan pengumpulan data berbasis di Shenzhen, Jiguang, merencanakan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) di New York Stock Exchange (NYSE) semester kedua tahun ini. Melalui aksi IPO ini Jiguang berharap mampu mengumpulkan dana US$ 300 juta.

Mengutip Wall Street Journal, Rabu (20/6), Jiguang secara hukum dikenal sebagai Shenzhen Hexun Huagu IT Co. Ltd dan berdomisili di Kepulauan Cayman. Lini bisnis perusahaan ini adalah menyediakan layanan untuk pengembang aplikasi seluler, seperti pemberitahuan push, verifikasi identitas pesan teks, dan analisis pengguna.

Secara sederhana bisnis Jiguang adalah mengumpulkan data melalui pengembang aplikasi, yang harus menginstal perangkat lunak yang memungkinkan perusahaan untuk mengumpulkan profil pengguna dan kebiasaan pengguna untuk menerima layanan perangkat lunak. Perusahaan kemudian dapat menambang data yang dikumpulkan untuk membantu pengembang aplikasi dan perusahaan lain melakukan analisis pengguna, menargetkan pemasaran dan memberikan wawasan industri yang disesuaikan.


Investor Jiguang antara lain IDG Capital Partners dan unit Investasi Fidelity, yang terakhir memiliki saham senilai sekitar US$ 27 juta per 31 Maret, menurut laporan tahunannya. Salah satu pesaing utamanya adalah TalkingData, sebuah perusahaan yang didukung oleh raksasa media sosial Tencent Holdings Ltd.

Dalam situs resmi Jiguang, perusahaan yang didirikan pada tahun 2011 ini telah bekerjasama dengan 300.000 pengembang aplikasi dan membantu layanan 700.000 aplikasi. Pelanggannya termasuk game mobile populer Tencent, Honor of Kings, Unicorn, Beijing Bytedance Technology Co., Jinri Toutiao dan aplikasi lain yang dijalankan oleh perusahaan-perusahaan besar China termasuk JD.com Inc.

Rencana IPO Jiguang termasuk mengejutkan, mengingat selama beberapa bulan terakhir publik dan Kongres Amerika Serikat (AS) menyoroti soal keamanan privasi. Raksasa teknologi seperti Facebook.com Inc. dan operator nirkabel termasuk Verizon Communications mendapat kecaman tahun ini karena dinilai tidak cukup melindungi privasi data pengguna.

Editor: Herlina Kartika Dewi