KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan pelayaran mulai membidik dan menjajaki bisnis
Floating Storage Regasification Unit (FSRU). Sederhananya, FSRU merupakan struktur terapung atau kapal yang berfungsi untuk penyimpanan dan proses regasifikasi gas di lautan lepas. Prospek bisnis FSRU sudah dilihat oleh PT Humpuss Intermoda Tbk (
HITS) sejak dua tahun lalu. Pada 2019, HITS mencanangkan arah baru kebijakan dari perusahaan pelayaran menjadi perusahaan distribusi energi. FSRU akan menjadi akar bisnis baru HITS di masa depan. Transformasi bisnis ini dilakukan seiring dengan program pemerintah yang mendorong Badan Usaha untuk melaksanakan pembangunan FSRU dalam rangka pemenuhan kebutuhan domestik dan peluang bisnis LNG yang terus berkembang.
Baca Juga: Sejumlah perusahaan migas serius membidik sektor LNG Melalui PT GTS Internasional (GTSI), HITS menjalankan usaha penyedia layanan di seluruh rantai pasokan LNG dengan kapal berteknologi tinggi. Di tahun ini, Humpuss Intermoda berencana membangun satu unit FSRU baru. Direktur GTS Internasional Dandun Widodo menjelaskan, di tahun ini pihaknya akan membangun FSRU dengan kapasitas tangki sebesar 15.000 meter kubik. "Nilai investasi FSRU ini sekitar US$ 50 juta yang akan melayani listrik di area Sulawesi Utara seperti ke Amurang, Gorontalo, dan wilayah lainnya," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (27/7). Dibangunnya FSRU ini, lanjut Dandun, karena anak usaha GTSI memenangkan tender pengadaan FSRU di tahun 2019 lalu. Adapun pemilik proyek tersebut adalah PT PLN Gas & Geothermal (PLNGG).
Dandun melihat peluang FSRU di Indonesia akan sangat besar dengan adanya perubahan kebijakan pemerintah yang akan mengalokasikan gas ke dalam negeri seiring dengan dilaksanakannya mega proyek 35.000 MW. Sebelumnya, pada 19 September 2020 melalui salah satu anak usaha, PT Sulawesi Regas Satu yang bekerja sama dengan PLNGG telah mengoperasikan secara komersial FSRU di kapal pembangkit listrik Amurang, Sulawesi Utara untuk kepentingan PLN.
Editor: Yudho Winarto