KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan batubara masih terus mengejar target produksi batubara sampai dengan tutup tahun 2021. Pasalnya, saat ini mereka sedang berhadapan dengan kondisi curah hujan tinggi akibat La Nina. Sebagai informasi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah menyampaikan bahwa La Nina yang sudah berlangsung sejak Oktober 2021 akan terus berlangsung dengan intensitas lemah-sedang hingga Februari 2022. Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam Tbk (
PTBA), Apollonius Andwie mengungkapkan, badai La Nina berdampak pada kegiatan produksi pertambangan, namun PTBA menyiapkan strategi untuk meminimalisir dampak tersebut.
Baca Juga: La Nina berdampak pada target emiten jasa tambang batubara "Strategi yang dilakukan antara lain, optimalisasi pemompaan, memaksimalkan jam kerja efektif peralatan tambang, dan jalan tambang yang lebih tahan hujan atau
all weather road," kata dia kepada Kontan.co.id, Jumat (26/11). Dengan strategi tersebut, Apollonius mengatakan, PTBA optimistis bisa tetap mencapai target produksi hingga 30 juta ton di 2021. Asal tahu saja, total produksi batu bara PTBA selama kuartal III 2021 mencapai 22,9 juta ton dengan penjualan sebanyak 20,9 juta ton. Tak hanya Bukit Asam, emiten batubara lainnya, PT Adaro Energy Tbk (
ADRO) juga masih optimistis mengejar target produksi batubara di sepanjang tahun ini. Head of Corporate Communication Adaro Energy, Febrianti Nadira memaparkan, cuaca merupakan salah satu tantangan bagi perusahaan. "La Nina juga menyebabkan curah hujan yang jauh lebih tinggi, namun demikian kegiatan operasional Adaro saat ini masih terus berjalan baik," ujar dia Febrianti.
Baca Juga: Pertumbuhan laba industri China meningkat pada bulan Oktober Adaro tetap optimistis untuk mencapai target produksi di tahun ini yang sebesar 52 juta ton sampai 54 juta ton. Sampai dengan saat ini ADRO belum merilis kinerja operasional terbaru. Pada semester pertama 2021, Adaro Energy merealisasikan produksi batubara mencapai 26,49 juta ton atau turun 3% yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 27,29 juta ton. Febrianti menegaskan, Adaro akan terus fokus terhadap keunggulan operasional, meningkatkan efisiensi dan produktivitas operasi. "Tentunya semuanya kami lakukan dengan tetap mengedepankan aspek keselamatan karyawan dalam operasional kami," kata dia. Setali tiga uang, Sekretaris Perusahaan PT Golden Energy Mines Tbk (
GEMS), Sudin Sudirman mengatakan, di sisa tahun ini Golden Energy Mines akan berjuang untuk terus mengejar target volume produksi. Kendala utama yang dihadapi perusahaan adalah karena cuaca yang tidak bersahabat. Meskipun tidak memerinci berapa target penyesuaian di tahun ini, Sudin mengatakan, faktanya kondisi cuaca yang terjadi saat ini berdampak pada tidak akan tercapainya target maksimal 39,6 juta ton batubara.
Baca Juga: Simak rekomendasi saham United Tractors (UNTR) dari Mirae Asset berikut Sebagai informasi saja, GEMS mengoperasikan tiga tambang batubara yakni Borneo Indobara di Kalimantan Selatan, KIM Block di Jambi, dan BSL di Sumatra Selatan. "Yang merasakan dampak besar memang tambang Borneo Indobara di Kalimantan Selatan yang menargetkan produksi batubara sebanyak 32 juta ton. Namun, karena curah hujan tinggi mulai terasa di kuartal II 2021 maka Borneo Indobara yang tidak akan mencapai target," ujarnya kepada Kontan.co.id.
Sudin menambahkan, akibat curah hujan yang tinggi, pada kuartal III 2021 ada penurunan produksi sekitar 8% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Melansir catatan Kontan.co.id sebelumnya, hingga kuartal ketiga 2021, GEMS membukukan produksi sebesar 22,1 juta ton. Jumlah ini turun 1,8 juta ton dibandingkan sembilan bulan pertama 2020. Adapun pada kuartal III 2020 lalu Golden Energy Mines membukukan produksi sebanyak 23,9 juta ton.
Baca Juga: PLN: Konsumsi listrik tahun 2021 diprediksi tumbuh di atas 4,75% Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati