Perusahaan teknologi AS ingin ambil ruang di NAFTA



KONTAN.CO.ID - Perusahaan teknologi Amerika Serikat (AS) seperti Microsoft  dan Cisco Systems menginisasi lobi untuk menegosiasikan kembali Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) yang akan dimulai hari ini (16/8).

Kedua korporasi tersebut berupaya menghapuskan pembatasan cloud storage (penyimpanan komputasi awan) di masa depan. Mereka juga melobi agar perjanjian internasional menghilangkan bea masuk barang-barang teknologi.

Presiden AS Donald Trump sebelumnya menyalahkan NAFTA atas hilangnya kesempatan kerja bagi warga AS di sektor manufaktur. Trump mengancam akan menarik diri dari pakta tersebut kecuali jika dapat didesain ulang sesuai keinginan pemerintah AS.


Sementara perusahaan AS menginginkan NAFTA yang anyar nanti bisa membantu mereka mengakses pasar yang lebih luas dengan menjadi NAFTA sebagai template industri teknologi untuk pakta perdagangan di masa depan.

Juru runding mulai dari AS, Meksiko dan Kanada akan memulai pembicaraan mengenai pakta perdagangan tersebut pada hari ini. Menurut data Center for Responsive Politics, pengusaha di sektor pertanian dan transportasi biasanya mendominasi lobi di NAFTA. Namun pelobi dari industri teknologi akan membantu dalam upaya untuk mempengaruhi Washington.

Namun kelompok lobi dari perusahaan teknologi kini kian tumbuh. Saat ini ada 48 kelompok lobi sektor teknologi yang membahas NAFTA dengan pejabat administrasi atau anggota parlemen di kuartal II. Jumlah tersebut naik dari 17 kelompok pada kuartal pertama dan satu kelompok pada akhir 2016.

Industri teknologi sekarang memiliki hampir sebanyak kelompok lobi yang mewakili pandangannya tentang NAFTA di sektor transportasi, yang mencakup produsen mobil di dalamnya. Lobi dari industri otomotif dan pertanian berusaha untuk melenggangkan rantai pasokan lintas batas dan untuk mempertahankan akses ke pasar di Meksiko dan Kanada. 

Asosiasi industri teknologi telah mengirim surat kepada Washington dan meminta juru runding untuk memprioritaskan arus data bebas dan bea masuk rendah serta standar keamanan dunia maya. "Kami cukup yakin masalah yang kami identifikasi akan ditangani dalam negosiasi tersebut," kata Ed Brzytwa, Direktur kebijakan global di Dewan Industri Teknologi Informasi AS.

Editor: Rizki Caturini