Pesan CEO BioNTech: Jangan panik menghadapi varian Omicron



KONTAN.CO.ID - CEO BioNTech, produsen vaksin Covid-19, memiliki pesan untuk mereka yang khawatir dengan varian Omicron: tetap tenang.

Dalam sebuah wawancara dengan The Wall Street Journal (WSJ) pada Selasa (30/11), CEO BioNTech Ugur Sahin mengatakan, memang varian Omicron bisa menyebabkan lebih banyak orang yang divaksinasi terinfeksi, tapi kemungkinan besar tetap terlindungi dari penyakit parah.

“Pesan kami adalah: Jangan panik, rencananya tetap sama: Percepat pemberian suntikan (vaksin) booster ketiga,” katanya, seperti dikutip Al Jazeera.


Sahin menyatakan, vaksin berbasis mRNA buatan BioNTech, yang ia dan tim penelitinya temukan pada Januari 2020 dan kemudian dikembangkan bersama raksasa obat Pfizer, telah terbukti bisa melindungi dari penyakit parah dari berbagai varian virus corona.

Dia mencatat, meski kemungkinan bisa menghindari antibodi yang dihasilkan oleh vaksin lebih baik dari Delta karena jumlah mutasi varian baru yang lebih tinggi, Omicron tidak mungkin dapat mengelilingi respons imun sel-T tubuh terhadap infeksi.

Baca Juga: Begini pernyataan CEO Moderna soal Omicron yang bikin pasar keuangan cemas

“Keyakinan kami (vaksin bekerja melawan Omicron) berakar pada sains: Jika virus berhasil lolos dari kekebalan, virus itu berhasil melawan antibodi, tetapi ada respons kekebalan tingkat kedua yang melindungi dari penyakit parah, sel-T,” ungkapnya.

Dan, “Apakah kita akan membutuhkan perlindungan ekstra (untuk melawan Omicron) dengan vaksin yang diadaptasi, ini masih harus dilihat nanti,” imbuh Sahin.

Pernyataan CEO BioNTech keluar setelah pernyataan CEO Moderna Stephane Bancel dalam sebuah wawancara dengan Financial Times (FT), yang memperingatkan vaksin Covid-19 saat ini akan jauh kurang efektif terhadap varian Omicron.

“Tidak ada di dunia, saya pikir, di mana (keefektifannya) berada pada level yang sama yang kami miliki terhadap Delta,” katanya, seperti dilansir Al Jazeera.

“Saya pikir, itu akan menjadi penurunan materi. Saya tidak tahu berapa, karena kami harus menunggu datanya. Tapi, semua ilmuwan yang saya ajak bicara, sepertinya ini tidak akan baik," ujar dia.

Komentar Bancel itu mengguncang pasar Eropa dan Asia, mengirim harga saham dan minyak turun.

Editor: S.S. Kurniawan