KONTAN.CO.ID - Presiden Amerika Serikat Donald Trump merayakan Natal dengan banjir unggahan media sosial yang penuh ucapan “selamat” bernada sindiran kepada para rival politiknya yang ia sebut sebagai “Radical Left Scum”, sembari menyoroti kinerja ekonomi AS yang terus tumbuh. Mengutip USA Today, sebagai balasan, Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan ucapan selamat Natal kepada Trump dan mengirimkan pesan ucapan resmi, sebagaimana disampaikan juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada 25 Desember. Namun, Trump tak menunjukkan sikap lunak kepada para lawannya. Dalam salah satu panggilan telepon pada malam Natal, ia bahkan sempat mengingatkan seorang anak bahwa batu bara itu “bersih dan indah”.
Akun Truth Social dan X milik Trump memuat puluhan unggahan sejak menjelang tengah malam hingga sekitar pukul 01.00 dini hari pada 25 Desember. Unggahan tersebut menyinggung berbagai isu, mulai dari kasus dugaan penipuan yang melibatkan imigran Somalia, hasil Pilpres AS 2020 di Georgia, hingga kritik terhadap media. “Selamat Natal untuk semua, termasuk Radical Left Scum yang melakukan segala cara untuk menghancurkan negara kita, tetapi gagal total,” tulis Trump di Truth Social dan X.
Baca Juga: Raja Charles Kirim Pesan Damai Natal Saat Dunia Dihantui Perang Kasus penipuan yang disinggung Trump terjadi di Minnesota, negara bagian yang dipimpin Gubernur Tim Walz, calon wakil presiden dari Partai Demokrat pada Pilpres 2024. Trump juga kembali mempersoalkan kekalahannya dari Joe Biden di Georgia pada Pilpres 2020, meskipun dakwaan terkait dugaan manipulasi pemilu terhadap dirinya telah dibatalkan pada November lalu. Ia selama ini kerap menyerang Jaksa Wilayah Fulton County, Fani Willis, yang mengajukan kasus tersebut. Selain itu, Trump tampak memasukkan Jaksa Agung New York Letitia James, mantan Direktur FBI James Comey, serta Senator Adam Schiff ke dalam “daftar nakal” versinya. James sebelumnya memenangkan gugatan perdata terhadap Trump yang kemudian dibatalkan di tingkat banding. Comey memimpin penyelidikan campur tangan Rusia pada Pemilu 2016, sementara Schiff memimpin pemakzulan pertama Trump, yang berujung pada pembebasan. Trump bahkan mendorong agar ketiganya diproses secara hukum. Juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt, dalam sebuah video yang dibagikan ulang Trump, menyatakan pemerintah tidak akan mentoleransi “gaslighting” dari media maupun oposisi.
Baca Juga: Buffett Peringatkan Bahaya Video AI: 'Oracle of Omaha' Cuma Satu Trump juga menyelipkan agenda politik dalam ucapan Natalnya. Ia kembali menyuarakan keinginannya untuk menghapus filibuster di Senat, aturan yang mengharuskan dukungan 60 senator untuk meloloskan undang-undang. Trump membagikan ulang unggahan Senator Mike Lee yang menyerukan penghapusan “zombie filibuster”. Selain itu, Trump juga membagikan pesan dari komedian Roseanne Barr yang mendesak diakhirinya sistem pemungutan suara melalui pos. Di sisi lain, Trump menyoroti sejumlah capaian positif, seperti tingkat kriminalitas yang rendah dan pertumbuhan ekonomi AS sebesar 4,3 persen (annualized) pada kuartal III.
Tonton: Natal 2025, Prabowo Ajak Masyarakat Perkuat Solidaritas di Tengah Bencana Kesimpulan
Alih-alih menjadi momen rekonsiliasi, perayaan Natal Donald Trump justru kembali diwarnai retorika politik keras. Melalui media sosial, Trump memanfaatkan momentum liburan untuk menyerang lawan politik, media, dan institusi hukum, sembari mengampanyekan agenda kebijakan serta menonjolkan capaian ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa polarisasi politik di AS tetap tajam, bahkan di tengah perayaan hari besar keagamaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News