JAKARTA. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta para perwakilan Indonesia di luar negeri memiliki mentalitas besar. Yakni, dengan menunjukkan mentalitas Indonesia, yang notabene merupakan bangsa terbesar dari kawasan Asia Tenggara.SBY mengakui, sepuluh tahun lalu Indonesia mengalami ketepurukan karena ikut terkena dampak badai krisis multi dimensi. Namun, secara perlahan, Indonesia dapat kembali pulih dan terus menunjukkan pertumbuhan yang positif. Tidak heran sejumlah pencapaian kini telah diraih kembali. "Sebagaimana peringkat invesment grade yang lepas tahun 1997 kini telah kembali. Demokrasi kita makin mekar dan menuju kematangan," katanya. Beberapa perhelatan berskala internasional, sukses terselenggara. Sebut saja ASIA Summit, East Asia Summit, dan SEA Games. "Dengan sejumlah pencapain positif dan prestasi, kita tidak boleh minder terhadap bangsa lain. Apalagi di jajaran ASEAN," katanya.Permintaan SBY ini merupakan satu dari lima harapan terhadap perwakilan RI di luar negeri yang terdiri duta besar, konsul jenderal, konsul, maupun kuasa usaha ad interim. Harapan berikutnya yang diminta SBY yakni para perwakilan RI harus memiliki pandangan global. Maksudnya, para diplomat ini harus selalu memperhatikan dan mencermati dinamika global. Tidak boleh terpaku padapandangan regional semata. "Ini penting karena kuatnya inter koneksi di era globalisasi," katanya. Segala sesuatu yang terjadi di dunia memberikan dampaknya. Sebut saja ketegangan yang terjadi di timur tengah, antara Iran dan dunia barat yang akhirnya memberi dampak kenaikan harga minyak dunia. "Saya tidak senang melihat negara melakukan sesuatu tanpa memikirkan bangsa lain," katanya. Kemudian, para diplomat juga harus mengetahui tujuan dari tugas yang diembankan kepadanya. Tentu, disesuaikan dengan target-target pencapaian pemerintah. Pesan selanjutnya adalah diplomat harus selalu berorientasi untuk mencapai prestasi. Terakhir, selalu bersikap siap, aktif dan kreatif. "Diplomat sekarang ini harus hands on. Bukan jaman dulu kodamar atau komando dalam kamar," katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pesan SBY, dubes Indonesia jangan minder di LN
JAKARTA. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta para perwakilan Indonesia di luar negeri memiliki mentalitas besar. Yakni, dengan menunjukkan mentalitas Indonesia, yang notabene merupakan bangsa terbesar dari kawasan Asia Tenggara.SBY mengakui, sepuluh tahun lalu Indonesia mengalami ketepurukan karena ikut terkena dampak badai krisis multi dimensi. Namun, secara perlahan, Indonesia dapat kembali pulih dan terus menunjukkan pertumbuhan yang positif. Tidak heran sejumlah pencapaian kini telah diraih kembali. "Sebagaimana peringkat invesment grade yang lepas tahun 1997 kini telah kembali. Demokrasi kita makin mekar dan menuju kematangan," katanya. Beberapa perhelatan berskala internasional, sukses terselenggara. Sebut saja ASIA Summit, East Asia Summit, dan SEA Games. "Dengan sejumlah pencapain positif dan prestasi, kita tidak boleh minder terhadap bangsa lain. Apalagi di jajaran ASEAN," katanya.Permintaan SBY ini merupakan satu dari lima harapan terhadap perwakilan RI di luar negeri yang terdiri duta besar, konsul jenderal, konsul, maupun kuasa usaha ad interim. Harapan berikutnya yang diminta SBY yakni para perwakilan RI harus memiliki pandangan global. Maksudnya, para diplomat ini harus selalu memperhatikan dan mencermati dinamika global. Tidak boleh terpaku padapandangan regional semata. "Ini penting karena kuatnya inter koneksi di era globalisasi," katanya. Segala sesuatu yang terjadi di dunia memberikan dampaknya. Sebut saja ketegangan yang terjadi di timur tengah, antara Iran dan dunia barat yang akhirnya memberi dampak kenaikan harga minyak dunia. "Saya tidak senang melihat negara melakukan sesuatu tanpa memikirkan bangsa lain," katanya. Kemudian, para diplomat juga harus mengetahui tujuan dari tugas yang diembankan kepadanya. Tentu, disesuaikan dengan target-target pencapaian pemerintah. Pesan selanjutnya adalah diplomat harus selalu berorientasi untuk mencapai prestasi. Terakhir, selalu bersikap siap, aktif dan kreatif. "Diplomat sekarang ini harus hands on. Bukan jaman dulu kodamar atau komando dalam kamar," katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News