KONTAN.CO.ID - TOKYO. Sebuah pesawat militer Amerika Serikat (AS) yang membawa delapan orang jatuh ke laut di Jepang barat pada Rabu (29/11), menewaskan sedikitnya satu awak dengan kondisi setidaknya dua orang diangkut dari perairan. Militer AS mengatakan kecelakaan itu terjadi saat misi pelatihan rutin di lepas pantai Pulau Yakushima. “Kondisi kru tidak diketahui saat ini,” demikian pernyataan Komando Operasi Khusus Angkatan Udara AS.
Baca Juga: OECD: Ekonomi Global Tahun 2024 Akan Melambat, Risiko Hard Landing Mereda Penjaga pantai Jepang mengatakan, mereka menemukan apa yang tampak seperti puing-puing pesawat rotor miring V-22 Osprey dan satu orang yang kemudian dipastikan tewas sekitar 3 km (2 mil) dari pulau Yakushima. Perahu nelayan di daerah tersebut menemukan tiga orang di perairan sekitar, kata perwakilan koperasi perikanan setempat, seraya menambahkan bahwa kondisi mereka tidak diketahui. Osprey lainnya mendarat dengan selamat di bandara pulau itu pada Rabu sore sekitar waktu terjadinya kecelakaan, kata juru bicara pemerintah setempat. Pasukan AS di wilayah tersebut masih mengumpulkan informasi, kata seorang juru bicara.
Baca Juga: Zona Ekonomi Khusus Korea Utara, Rason, Bersiap untuk Bangkit Kembali AS memiliki sekitar 54.000 tentara di Jepang, sebagian besar berada di rangkaian pulau selatan yang penting secara strategis, di tengah meningkatnya keagresifan militer Tiongkok di Laut Cina Selatan. Kecelakaan itu terjadi sebelum jam 3 sore. (0600 GMT) dengan saksi mengatakan mesin kiri pesawat tampak terbakar ketika mendekati bandara untuk pendaratan darurat, meskipun cuaca cerah dan angin sepoi-sepoi, media melaporkan. Penjaga pantai mengoreksi jumlah orang di dalam pesawat menjadi enam dari delapan orang yang diumumkan sebelumnya. Yakushima berada di prefektur Kagoshima Jepang, sekitar 1.040 km (650 mil) barat daya ibu kota Tokyo dan terkenal dengan satwa liar dan hutannya yang terakreditasi Warisan Dunia.
Baca Juga: Meski Tanpa Obat Terlarang, Jual Kopi Ini Di Malaysia Bisa Dihukum 2 Tahun Jepang, yang juga mengoperasikan pesawat Osprey, mengatakan pada hari Rabu bahwa pihaknya tidak berencana untuk melarang terbang pesawat tersebut tetapi telah meminta militer AS untuk menyelidiki kecelakaan tersebut.
Dikembangkan bersama oleh Boeing dan Bell Helicopter, Osprey dapat terbang seperti helikopter dan pesawat sayap tetap dan dioperasikan oleh Marinir AS, Angkatan Laut AS, dan Pasukan Bela Diri Jepang. Penggunaan Osprey di Jepang telah menjadi kontroversi, para kritikus mengatakan bahwa pesawat ini rentan terhadap kecelakaan. Militer AS dan Jepang menyatakan wilayah tersebut aman. Pada bulan Agustus, pesawat Osprey AS jatuh di lepas pantai Australia utara saat mengangkut pasukan selama latihan militer rutin, menewaskan tiga Marinir AS. Kecelakaan lainnya terjadi di laut lepas pulau Okinawa di selatan Jepang pada bulan Desember 2016, yang menyebabkan pesawat tersebut dilarang terbang sementara oleh militer AS.
Editor: Yudho Winarto