KONTAN.CO.ID - CANBERRA. Dalam tayangan film yang kita tonton di bioskop seringkali menghadirkan pemandangan indah yang sangat luas. Misalnya hamparan gurun pasir nan luas dengan matahari tenggelam di ufuk barat. Tayangan dengan pemandangan-pemandangan demikian diambil dengan menggunakan teknologi
drone. Kehadiran
drone seolah mengubah dunia fotografi dan sinematografi. Dengannya, kita bisa mengambil gambar dari udara jadi lebih mudah dengan pergerakan yang lebih luwes. Kini, drone sudah jamak ditemui. Banyak orang saat ini bisa dengan mudah mengambil gambar atau video dari udara karena harga
drone yang sudah semakin terjangkau.
Belakangan ini penggunaan teknologi
drone kian berkembang. Rupanya pesawat mini yang bisa terbang tinggi ini tidak hanya digunakan untuk pengambilan gambar dari ketinggian, tetapi sudah bisa mengantarkan barang-barang. Bahkan, untuk mengantar makanan dan vaksin kini sudah bisa dilakukan dengan menggunakan
drone. Wing, perusahaan pengiriman barang lewat udara milik Alphabet Inc yang merupakan induk usaha Google telah meluncurkan layanan pengiriman makanan lewat
drone di Canberra, Australia. Peluncuran itu dilakukan setelah mendapatkan izin dari otoritas setempat. Saat ini, telah ada 100 rumah di pinggiran kota Crace, Palmerston, dan Franklin yang memiliki akses ke layanan tersebut. Namun, dalam beberapa bulan mendatang Wing akan memperluas jangkauannya hingga ke Harrison dan Gungahlin. Wing bekerjasama dengan pelaku bisnis lokal termasuk kedai kopi dan apotek untuk layanan pengiriman drone tersebut dalam jangka waktu beberapa menit. Namun, dalam pengoperasiannya, drone hanya diizinkan untuk terbang di atas jalan utama dari pukul 07.00 hingga 20.00 pada hari kerja dan antara pukul 08.00-20.00 di hari Minggu. Tidak hanya dibatasi jam terbangnya, drone juga dilarang terbang terlalu dekat dengan orang. Dengan diluncurkannya layanan ini, kini pelanggan di Australia bisa memesan berbagai bahan seperti makanan segar, kopi panas, atau bahan kimia melalui aplikasi seluler Wing. Pesanan akan diantar dalam hitungan menit ke rumah pengguna pelanggan dengan drone. Berdasarkan laporan Business Insider, Otoritas Australia menyebutkan bahwa layanan pengirim makanan dengan drone tersebut merupakan yang pertama di dunia. Wing membidik pengiriman drone AUD 30 hingga AUD 40 juta untuk bisnis di wilayah tersebut. Pada bulan Desember, Wing telah melakukan layanan uji coba pengiriman
drone di Finlandia dengan menawarkan pengiriman hanya dalam waktu 10 menit. Wing bukan satu-satunya perusahaan besar yang merambah pengiriman barang dengan
drone. Sebelumnya, perusahaan
e-commerce terbesar dunia Amazon juga berencana menawarkan layanan pengiriman paket dengan
drone secara komersial. Namun, hingga saat ini belum dapat izin di negaranya. Bukan hanya Amazon yang bersaing dengan Wing untuk menawarkan pengiriman
drone. Startup Israel Flytrex mulai menguji coba layanan logistik
drone di Islandia pada tahun 2017 dan Flirtey membuat pengiriman
drone komersial untuk 7-Eleven di AS pada awal 2016. Baru-baru ini, UPS bermitra dengan Matternet untuk bereksperimen dengan menggunakan
drone untuk mengirimkan medis persediaan di North Carolina. Sementara pengakutan vaksin dengan
drone telah dilakukan di Ghana. Layanan jaringan pesawat tanpa awak itu telah diresmikan Presiden Ghana, Nana Akufo-Addo.
Sebanyk 12 juta orang di Ghana akan mendapat manfaat dari peluncuran layanan pengiriman medis
drone terbesar di dunia. Sebanyak 600 drone akan diterbangkan dilakukan setiap hari untuk membawa vaksin dan obat-obatan ke 2.000 pusat kesehatan di daerah-daerah terpencil di seluruh negeri itu. Layanan ini akan beroperasi dari empat hub, masing-masing menampung 30
drone yang dirancang oleh Zipline, sebuah perusahaan robotik yang berbasis di California. Pemerintah Ghana telah menggelontorkan US$ 12 Juta ke Zipline untuk menjalankan proyek selama empat tahun. Zipline pertama kali memperkenalkan
drone mereka di Rwanda pada 2016 dengan melakukan 13.000 pengiriman. Setiap drone dapat membawa beban 1,8 kilogram (kg) yang dilepaskan dengan parasut setelah turun ke ketinggian yang aman.
Editor: Herlina Kartika Dewi