Pesawat tempur China melintasi wilayahnya, Singapura: Tidak dianggap sebagai ancaman



KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Insiden 31 Mei lalu yang melibatkan jet tempur China yang melintas tanpa pemberitahuan ke Wilayah Informasi Penerbangan (FIR) Singapura tidak dianggap sebagai ancaman, Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen mengatakan, Selasa (6 Juli).

Ng menanggapi pertanyaan Anggota Parlemen Dennis Tan yang meminta penilaian situasional pemerintah setelah 16 pesawat Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) melewati FIR Singapura atas perairan yang disengketakan oleh China dan Malaysia.

Angkatan Udara Malaysia mengatakan sehari setelah kejadian tersebut, pesawat tempur China terbang melalui FIR Singapura sebelum memasuki ruang udara zona maritim Malaysia dan FIR Kota Kinabalu.


Anggota Parlemen Gerald Giam juga menanyakan berapa banyak penerbangan yang melintas tanpa pemberitahuan seperti itu ke FIR Singapura oleh pesawat tempur China yang terjadi selama setahun terakhir.

"Singapura adalah negara kecil dengan kepadatan penduduk yang tinggi, dan karenanya lebih rentan terhadap ancaman udara. Oleh karena itu, Angkatan Bersenjata Singapura mempertahankan unit pertahanan udara dalam siaga tinggi," kata Ng, seperti dikutip Channel News Asia.

Baca Juga: 7 Alasan Singapura berani hidup berdampingan bersama Covid-19!

"Angkatan Udara Republik Singapura (RSAF) melakukan pengawasan 24/7 di langit kami melalui radar berbasis darat dan pengintaian udara untuk mendeteksi pesawat tak dikenal atau mencurigakan yang cukup dekat untuk menimbulkan potensi ancaman," tegasnya.

RSAF, Ng mengungkapkan, menanggapi rata-rata lebih dari 350 insiden seperti itu setiap tahun. "Insiden spesifik yang dirujuk oleh dua anggota parlemen dalam pertanyaan mereka tidak dianggap sebagai ancaman," ungkap dia.

Giam kemudian bertanya, bagaimana Singapura bisa memastikan bahwa pesawat negara yang memasuki FIR Singapura tidak memiliki niat bermusuhan.

Dalam mendeteksi pesawat musuh, Ng menjelaskan, RSAF melihat berbagai aspek, seperti pergerakan dan apakah mereka telah mengajukan rencana penerbangan.

Menunjuk pada 350 insiden yang RSAF respons setiap tahun, Ng menambahkan, RSAF harus menggunakan penilaiannya sesuai dengan protokol ketat dalam beberapa kasus tersebut.

Selanjutnya: Covid-19 mulai mengancam anak-anak, ini rencana Singapura untuk melindunginya

Editor: S.S. Kurniawan