KONTAN.CO.ID - Sinar mentari pagi menembus cakrawala, pantulannya menghujani sebuah bangunan beratap merah yang menjadi perhatian sekumpulan wisatawan. Bangunan bersejarah Benteng Amsterdam, loji Belanda sejak abad ke-17 yang menjadi titik mula jalur perdagangan rempah yang telah berdiri sejak tahun 1512 dan menjadi monumen serta saksi bisu dari berkembangnya kehidupan di wilayah Leihitu, Maluku Tengah, Maluku. Terletak 37 KM dari pusat kota Ambon, Desa Sejahtera Astra (DSA) Wisata Negeri Hila berada pada wilayah pesisir utara Ambon yang didominasi dataran rendah. Dengan jumlah penduduk yang mencapai 6.850 jiwa, desa yang dibina oleh Astra sejak tahun 2022 ini menjadi salah satu destinasi wisata yang paling diminati di wilayah Ambon karena memiliki potensi budaya, bahari, sejarah, kenampakan alam dan buatan, kuliner, hingga kerajinan tangan. Sebagai salah satu desa tertua di wilayah Leihitu, DSA Wisata Negeri Hila memiliki peran historis yang sangat penting bagi Maluku ditandai dengan banyaknya peninggalan sejarah yang dapat ditemukan mulai dari Benteng Amsterdam, Gereja Tua Imanuel Hila dan Mushaf Al-Qur’an tulis tangan tertua di Maluku yang ditulis hampir 1000 tahun lalu.
Selaras dengan kekayaan sejarahnya, desa ini dikenal dengan aneka kekayaan budayanya, mulai dari tarian Cakaleleng, Sau Reka-Reka, Sawat, dan Lenso untuk menyambut tamu yang datang serta permainan tradisional yang juga dapat diikuti oleh para wisatawan yaitu Bambu Gila. “Sejak dibina oleh Astra, DSA Wisata Negeri Hila mendapatkan pendampingan mulai dari pengembangan desa, pelatihan pengembangan buah pala, hingga fasilitas peralatan homestay yang menjadi salah satu mata pencaharian warga. Sejak saat itu, pendapatan dari seluruh aspek pun meningkat 30% dibandingkan tahun lalu,” ujar Tokoh Penggerak DSA Wisata Negeri Hila Mohamad Nurdin Lating. Masyarakat DSA Wisata Negeri Hila secara aktif mengembangkan diri di berbagai bidang melalui komunitas-komunitas yang ada di dalam masyarakat, mulai dari komunitas Zumama, Hila Photography Club, dan Rumah Kita Hila yang bergerak di bidang seni budaya, Himpunan Kesehatan Hila yang bergerak di bidang sosial dan kesehatan masyarakat, Hila English Lover Club yang bergerak di bidang pendidikan, hingga Palahi Halawang yang bergerak dalam pelestarian lingkungan hidup. Potensi DSA Wisata Negeri Hila Selain bergantung kepada potensi wisata alam, sejarah, dan budaya yang mereka miliki, masyarakat juga memiliki pencaharian lain dalam bentuk penjualan kriya kayu dan kuliner lopis, serta perkebunan pala, cengkeh, dan kakao yang juga menjadi salah satu destinasi ecotourism di wilayah Leihitu. Komoditas pala, cengkeh, dan kakao yang dihasilkan juga telah diekspor ke Eropa. Bahkan dalam satu tahun, hasil panen komoditas pala di Desa Hila dapat mencapai 6 Ton dengan nilai transaksi ekspor yang dapat mencapai Rp1,5 Miliar. Kesuksesan pemasaran produk pala, cengkeh, dan kakao di pasar Eropa tersebut tidak lepas dari peran Nurdin. Sebagai salah satu putra daerah asli Maluku, ia telah memberikan banyak sumbangsih bagi kemajuan agribisnis di DSA Wisata Negeri Hila. Kiprahnya pada bidang ekspor dimulai sejak tahun 2016, di mana ia secara aktif membantu petani lokal untuk membangun jaringan ekspor pala, cengkeh, dan kakao dari Ambon menuju pasar Eropa. Pada tahun 2019, Nurdin menjadi pemimpin Kelompok Tani Petani Pala Uli Halawang Hila dan berhasil membuat hasil panen pala kelompok tersebut mendapatkan sertifikasi dari Uni Eropa. Sebagai salah satu inovator Pala Maluku, ia secara aktif bekerja sama dengan pemerintah untuk membangun jaringan ekspor pala, cengkeh, dan kakao menuju China, India, Amerika Serikat, Kanada, dan banyak negara Eropa lainnya. Keberadaan mata pencaharian yang beragam dan komunitas-komunitas yang secara aktif terlibat dalam pengembangan diri masyarakat tersebut merupakan sebuah aspek penting bagi DSA Wisata Negeri Hila dalam mewujudkan mottonya, yaitu CERIA "Cepat, Efisien dan Efektif, Ramah, Ikhlas, dan Akuntabel". Semangat warga DSA Wisata Negeri Hila dalam mengembangkan potensi desanya untuk hari ini dan masa depan Indonesia sejalan dengan cita-cita Astra untuk sejahtera bersama bangsa dan mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia. Tentang Astra: Astra adalah salah satu perusahaan publik terbesar di Indonesia, yang terdiri dari 270 anak perusahaan, ventura bersama serta entitas asosiasi, didukung oleh lebih dari 190.000 karyawan. Model bisnis perusahaan yang terdiversifikasi menciptakan sinergi dan peluang di seluruh sektor industri termasuk Otomotif, Jasa Keuangan, Alat Berat, Pertambangan, Konstruksi & Energi, Agribisnis, Infrastruktur dan Logistik, Teknologi Informasi, dan Properti.
Astra mempunyai kerangka sustainability baru yang di dalamnya terdapat Astra 2030 Sustainability Aspirations untuk memandu perjalanan transisi Grup Astra dalam menjadi perusahaan yang lebih sustainable pada tahun 2030 dan seterusnya. Astra berkeinginan untuk berkontribusi dalam memperkuat ketahanan perekonomian Indonesia yang mendukung masyarakat yang inklusif dan sejahtera. Astra memiliki rekam jejak kontribusi publik dan sosial yang baik melalui empat pilar, yang terdiri dari kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan kewirausahaan serta sembilan yayasan yang turut berkontribusi untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia sekaligus mendukung masyarakat yang inklusif dan sejahtera. Dilaksanakan pertama kali pada tahun 2010, program Astra Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards, telah mengapresiasi 565 pemuda Indonesia dari masing-masing bidang, terdiri dari 87 penerima tingkat nasional dan 478 penerima tingkat provinsi. Program SATU Indonesia Awards dikolaborasikan dengan berbagai kegiatan komunitas Astra melalui 170 Kampung Berseri Astra dan 1.060 Desa Sejahtera Astra di 34 provinsi di seluruh Indonesia.
Baca Juga: Penjualan Mobill Astra International (ASII) Tumbuh, Cermati Rekomendasi Sahamnya Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti