Pesta Banda di Maluku sedot ratusan pengunjung



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seminar Perjanjian Breda sukses menjadi atraksi penutup rangkaian Pesta Rakyat Banda 2017, sejak Oktober sampai November 2017. Seminar ini menjadi puncak acara Banda Festival 2017. Gubernur Maluku, Said Assagaff mengatakan, seminar ini untuk membuktikan kepada dunia bahwa Maluku pernah menjadi bagian sejarah internasional.

Pulau Banda di Kepulauan Maluku sebagai penghasil rempah-rempah terbesar di dunia sehingga secara geo-ekonomi punya pengaruh besar dalam perdagangan internasional dan perubahan iklim sosial budaya dan politik global. “Sebagai contoh proses penyebaran agama dilakukan melalui jalur perdagangan, dan karena perdagangan rempah-rempah itu pula melahirkan proses kolonialisasi di daerah ini dan Nusantara secara umum. Ini sangat menarik untuk dijajaki sambil berwisata,” tutur Said Assegaf. Bagi Menteri Pariwisata Arief Yahya, seminar ini menjadi salah satu cara efektif untuk kembali mendongkrak pamor Pulau Banda sebagai sentra perdagangan rempah-rempah di dunia pada masa lalu. "Ini momentum, Pulau Banda sebagai destinasi wisata populer di dunia selama berabad-abad. Pulau Banda terkenal dengan dengan rempah rempah dan pesona wisata alam dan bahari luar biasa. Ini akan terus kami kembangkan,” ujar Arief yahya dalam keterangan yang diterima KONTAN, Kamis (16/11). Pesta rakyat Banda dan beragam macam event pariwisata, imbuh Menpar, dapat mendongkrak destinasi wisata di Maluku. “Beragam Atraksi juga sangat menarik, seperti Pesta Teluk Ambon, Pesta Meti Kei, Tour de Moluccas dan Banda Pangel Pulang yang baru saja digelar, termasuk Seminar Internasional dalam Pesta Rakyat Banda ini," imbuhnya. Seperti diketahui, seminar level Internasional itu mengambil tema memperingati 350 tahun Perjanjian Breda. Traktat ini berisi keputusan Belanda dan Inggris menukar pulau di Manhattan,New York dengan Pulau Banda di Hindia Belanda . Perjanjian tersebut terjadi pada 1667. Peserta dalam seminar ini mencapai ratusan orang. Sebelum seminar mereka melakukan perjalanan perdana dengan KM Pangrango selama 14 jam dari Ambon menuju Banda Neira. Para peserta berasal dari Konsulat Jenderal KBRI London, KBRI Den Haag dan KJRI New York,dan diplomat dan perwakilan negara sahabat di Jakarta. Banda memiliki segudang destinasi wisata bersejarah peninggalan penjajahan Portugis dan Belanda di Nusantara. Mulai Gunung Api Banda, Benteng Belgica peninggalan bangsa Portugis, spot menyelam terbaik di Lava Flow, Gereja Tua Hollandische Kerk, Rumah Budaya, Istana Mini, lokasi pengasingan Bung Hatta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dessy Rosalina