KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Akuisisi 99% saham PT Bank Commonwealth (PTBC) milik Commonwealth Bank of Australia (CBA) oleh PT Bank OCBC NISP Tbk (
NISP) bakal mengubah peta aset bank besar tanah air. Pasalnya, aksi akuisisi tersebut akan diikuti merger setelah OCBC Indonesia juga mengambil 1% saham milik pemegang saham minoritas. Setelah akuisisi rampung, bisa dipastikan aset OCBC Indonesia akan semakin gemuk. Per 30 September 2023, OCBC Indonesia memiliki aset senilai Rp 247 triliun atau naik 12% dari periode sama tahun lalu. Di periode yang sama, PTBC memiliki aset senilai Rp 16,55 triliun atau terkoreksi 10,01%. Jika digabung, aset kedua bank tersebut akan sebesar Rp 263,55 triliun. Itu berarti sudah melampaui PT Bank Permata Tbk (
BNLI) yang di saat bersamaan memiliki aset sebesar Rp 251,9 triliun.
“OCBC Indonesia memiliki sumber daya finansial yang memadai, melalui internal kas Bank, untuk mendanai rencana akuisisi,” ujar Presiden Direktur, OCBC Indonesia Parwati Surjaudaja. Berikut 10 emiten bank dengan aset terbesar, menurut data Bloomberg:
| Bank | Aset per September 2023 |
1. | Bank Mandiri | Rp 2.006,96 triliun |
2. | BRI | Rp 1.851,96 triliun |
3. | BCA | Rp 1.381,45 triliun |
4. | BNI | Rp 1.009,31 triliun |
5. | BTN | Rp 400,54 triliun |
6. | CIMB Niaga | Rp 329,13 triliun |
7. | Bank Syariah Indonesia | Rp 319,85 triliun |
8. | Bank Permata | Rp 251,91 triliun |
9. | OCBC NISP | Rp 245,46 triliun |
10. | Bank Panin | Rp 211,41 triliun |
Baca Juga: Proses Akuisisi Bank Commonwealth Diharapkan Selesai Paling Lama Di Kuartal III-2024 Jika dibandingkan secara bank swasta saja, OCBC Indonesia akan menempati posisi tiga besar dengan bank yang memiliki aset terbesar. Di atasnya, ada PT Bank CIMB Niaga Tbk (
BNGA) dengan aset senilai Rp 329,13 triliun. Meski masih terpaut jauh, bukan berarti OCBC Indonesia ke depannya bisa menggeser posisi CIMB Niaga. Hanya saja, Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan tak terlalu mengkhawatirkan hal tersebut. Lani bilang pihaknya saat ini tak fokus untuk menjadi bank dengan aset terbesar. Namun, CIMB Niaga lebih menitikberatkan ke profitabilitas lewat peningkatan usaha, efisiensi serta kualitas aset yang sehat. “Lebih spesifik ke bisnis seperti finansial, pinjaman, dan Dana Pihak Ketiga,” ujar Lani.
Baca Juga: Migrasi Nasabah Ritel Citi Tuntas Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae bilang aksi akuisisi dan merger itu merupakan konsekuensi logis dari upaya bank untuk mendapat posisi dalam persaingan perbankan yang semakin ketat. Dalam hal ini, Dian melihat perbankan semakin mempertimbangkan bisnis secara rasional dan tidak lagi memikirkan kebanggaan memiliki bank secara eksklusif, namun kecil dan tak efisien. Hanya saja, dia menilai aksi korporasi tersebut tak serta-merta mampu menyaingi bank-bank besar yang memiliki aset lebih jumbo untuk saat ini.
“Tapi kita harapkan terus bertumbuh untuk lebih kontributif terhadap ekonomi Indonesia,” ujar Dian. Sependapat, Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy menilai perlu waktu bagi OCBC Indonesia jika ingin bersaing dengan bank-bank besar lainnya. “Mereka punya target customer sendiri sehingga persaingannya adalah di segmen pasar itu,” ujar Budi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati