KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pangsa pasar Industri perbankan syariah tanah air masih tergolong kecil, yakni sebesar 7,38% sampai Maret 2024, dengan total asset tumbuh 9,65% secara tahunan mencapai Rp 870,22 triliun berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Mengikuti perkembangan saat ini, ada tiga bank syariah yang memimpin pangsa pasar atau
market share di Indonesia, yang terbesar masih dikuasai oleh PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), dengan
market share sebesar 41,13% jika dihitung berdasarkan total asset per Maret 2024. Disusul oleh Bank Muamalat dengan
market share terbesar kedua, dan Unit Usaha Syariah PT Bank CIMB Niaga Tbk atau CIMB Niaga Syariah (
lihat tabel).
Sumber Laporan Keuangan Bank Dengan
market share perbankan syariah yang masih mini tersebut, OJK telah mendorong bank syariah untuk mengoptimalkan diferensiasi produk hingga memanfaatkan peluang yang ada. Salah satu yang juga didorong OJK adalah terkait
spin off Unit Usaha Syariah.
Baca Juga: Bank BNI Dikabarkan akan Divestasi Saham BSI (BRIS), Ini Kata Manajemen Pasalnya dengan memisahkan diri dari bank induknya yang menganut sistem konvensional, UUS dinilai akan lebih mampu menangkap peluang pasar atau kebutuhan masyarakat akan layanan keuangan syariah dan meningkatkan kepatuhan terhadap sistem syariah. Sementara itu dari 19 UUS yang beroperasi di Indonesia, dua UUS di antaranya telah memenuhi persyaratan untuk
spin off dan berubah status menjadi Bank Umum Syariah (BUS) karena telah memiliki 50% asset dari bank induknya atau asset telah mencapai Rp 50 triliun. UUS tersebut di antaranya adalah Bank CIMB Niaga Syariah dan Bank BTN Syariah, yang keduanya masing-masing telah memiliki asset sebesar Rp 64,59 triliun dan Rp 54,84 triliun per Maret 2024. Secara industri, CIMB Niaga Syariah memimpin
market share terbesar di kelompok UUS berdasarkan jumlah aset, yakni sebesar 7,42%. Disusul oleh BTN Syariah dengan
market share 6,30%. Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan mengatakan, proses
spin off UUS masih terus dilakukan dan diharapkan dapat rampung pada akhir tahun 2025 mendatang. "Karena terpisah pasti harus ada modal terpisah. Proses masih berjalan dan persiapan diharapkan rampung di akhir 2025," ungkap Lani kepada Kontan, Kamis (11/7).
Baca Juga: Bank Muamalat Buka Suara Setelah Batal Diakuisisi Bank Tabungan Negara (BTN) Di kesempatan berbeda, Direktur Syariah Banking CIMB Niaga Pandji P Djajanegara mengatakan, proses
spin off akan sesuai
timeline yang ada, dimana diharapkan proses
spin off benar-benar rampung dan dapat beroperasi pada Kuartal I-2026 mendatang. Pandji menjelaskan pihaknya tengah menjalankan progress dalam tahapan
gap analysis, dan analisa lainnya seperti perencanaan perpindahan asset ke CIMB Niaga Syariah yang nantinya akan menjadi BUS, hingga melakukan perumusan strategi setelah
spin off. Rencana kerja sudah berjalan sesuai
timeline yang ada. "Proses
spin off masih direncanakan tanpa adanya rencana akuisisi ataupun
corporate action sejenisnya. Tapi tidak menutup kemungkinan kalau memang ada peluang ke arah tersebut," ungkapnya. Disinggung terkait penambahan modal usaha setelah menjadi BUS, Pandji menyebut rencana modal bank
spin off nantinya akan berasal dari bank induk, dimana dana modal saat ini sudah tersedia di bank. Per Maret 2024, UUS CIMB Niaga atau CIMB Niaga Syariah mencatatkan dana usaha/modal sebesar Rp 12,39 triliun. Senada,
spin off BTN Syariah juga ditargetkan dapat rampung pada semester I-2025 mendatang. Hal ini sebelumnya telah disampaikan oleh Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu saat rapat dengar pendapatan dengan Komisi VI DPR RI. Untuk memperkuat permodalan BTN yariah, Nixon menyebut BTN sebagai bank induk akan menyiapkan modal hingga Rp 6 triliun untuk menjaga BTN Syariah tetap berada di level KBMI II.
"Kami sedang menyiapkan
spin off UUS Rp1,5 sampai Rp6 triliun total
capital-nya, supaya dia nggak turun ke Buku I. Kita harapkan dia tetap di Buku II," ujar Nixon. Di sisi lain, BTN Syariah juga diisukan akan merger dengan PT Bank Victoria Syariah (BVS). Namun hingga saat ini kedua bank masih dalam status
due diligence. Namun apabila nantinya tercipta kesepakatan
merger di antara kedua bank, maka gabungan asset kedua bank akan mencapai setidaknya Rp57,96 triliun. Sehingga market share BTN Syariah diasumsikan bisa naik dari 6,30% menjadi 6,66% jika dihitung berdasarkan data asset per Maret 2024. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi