Petani Banyuwangi Kantongi Omset Ratusan Juta Dari Bertani Buah Naga



KONTAN.CO.ID - BANYUWANGI. Buah naga menjadi komoditi unggulan di Banyuwangi. Pesona buah naga, turut menarik petani setempat untuk berbudidaya buah tropis ini. 

Nanang Prasetyo (26), perintis kebun buah naga di Ds Temurejo Kec Bangorejo, Kab Banyuwangi sukses mengembangkan pertanian buah naga. Dari hasil berkebun, Nanang berhasil meraih omset ratusan juta dalam satu kali masa panen. 

Nanang mengisahkan, kebun buah naga itu mulai dirintis pada tahun 2019. Saat itu, Nanang juga mendirikan kelompok tani Tunas Sejahtera di desanya untuk belajar pengembangan dan meningkatkan produktivitas. 


Baca Juga: IFRA Business Expo 2024 Digelar, Targetkan Transaksi Hingga Rp 1,5 Triliun

Hanya saja, Nanang mengakui perjalan budidaya buah ini tidaklah mudah. Saat produktivitas sudah tercapai kelompok taninya ternyata kesulitan mendapatkan pasar dengan harga baik. 

"Dulu pernah dibuang ke sungai karena harganya anjlok," kata Nanang ditemui Kontan.co.id, di Banyuwangi, baru-baru ini. 

Waktu berjalan, Kelompok Tani yang diketuai olehnya ini bergabung dan mendapatkan pelatihan dari Astra melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA). 

Nanang mengakui melalui berbagai pelatihan dari Astra sejak tahun 2021, secara perlahan budidaya buah naga terus meningkat bukan hanya secara kuantitas tapi juga kualitas. Selain itu, Nanang dan kelompok taninya juga berhasil mendapatkan akses pasar. 

Kini, buah naga hasil dari kebun mereka juga sudah memenuhi kebutuhan buah naga spek lokal, market besama sayurbox sejak tahun 2023. 

Peningkatan ini turut menaikan omset Nanang secara perlahan. Dalam satu kali panen omsetnya bisa mencapai Rp 160 juta per hektarnya. 

"Dalam satu kali panen itu kami bisa dapat 8 ton per hektar dan harganya Rp 15.000 - 20.000 per kg, jadi omsetnya sudah 160 juta, dan operasionalnya itu kecil sebetulnya," urainya. 

Terus berinovasi

Meski begitu, Nanang masih perlu untuk melakukan berbagai inovasi atau hilirisasi hasil kebunya. Pasalnya, dalam setiap masa panen, ada saja buah yang tidak memiliki harga jual. 

Untuk itu, Nanang juga tengah menjajaki peluang produk olahan. Melalui Astra, ia dibina untuk membuat buah naga reject bisa diolah dan memiliki nilai tambah. 

Meski begitu, permodalan juga menjadi isu utama para petani. Menurutnya, upaya hilirisasi ini akan cepat digapai jika mereka memliki permodalan yang cukup. 

"Ini sesuatu yang sangat ingin kami kembangkan, tapi kami perlu bantuan karena kami untuk wawasan diluar kaya jaringan dan pemasaranya dan keuangan perlu pendampingan," jelas Nanang. 

Dijumpai di lokasi yang sama, Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM, Arif Rahman Hakim mengatakan pemerintah siap membantu kebutuhan pengembangan produk buah naga, termasuk dalam pendampingan hingga permodalan. 

Arif menyebut Pemerintah telah menugaskan PNM Mekar untuk fasilitasi pelaku usaha ultra mikro. Selain itu, terdapat pembinaan yang juga bisa dimanfaatkan oleh pelaku usaha yang tengah merintis. 

Pemerintah juga memfasilitasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebagai opsi lain bantuan keuangan. 

"Jadi tidak usah khawatir tidak punya modal, nanti akan didampingi," ungkapnya.  

Baca Juga: Taman Nasional Baluran, Antara Potensi Wisata dan Ancaman Lingkungan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Sulistiowati