KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Areal gambut merupakan salah satu kawasan yang rawan akan kebakaran hutan dan lahan, oleh karena itu Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) membangun demonstration plot (demplot) paludikultur di Desa Tanjung Putri, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Paludikultur merupakan metode budidaya di lahan gambut tanpa adanya drainase. Praktiknya juga tidak dengan membakar lahan, sehingga lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Selain itu, paludikultur juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Ketua Kelompok Tani (Poktan) Sumber Rezeki, Ruslan Subakti mengatakan, demplot paludikultur di desanya kini mulai membuahkan hasil. Bahkan petani yang tergabung dalam kegiatan ini mengaku puas dengan hasil panen sayuran yang diperoleh. “Masyarakat sangat semangat, terlebih setelah mereka bisa menuai hasilnya. Kini mereka paham jika panen sayuran juga bisa menghasilkan pendapatan, dulunya ketika mereka nanam paling untuk kebutuhan sendiri, namun setelah mengikuti kegiatan ini hasilnya bisa dijual ke pasar, dari situ mereka merasakan keuntungannya dan pendapatan meningkat,” ujar Ruslan dalam keterangannya, Rabu (15/9).
Petani didorong manfaatkan lahan gambut tanpa membakar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Areal gambut merupakan salah satu kawasan yang rawan akan kebakaran hutan dan lahan, oleh karena itu Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) membangun demonstration plot (demplot) paludikultur di Desa Tanjung Putri, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Paludikultur merupakan metode budidaya di lahan gambut tanpa adanya drainase. Praktiknya juga tidak dengan membakar lahan, sehingga lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Selain itu, paludikultur juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Ketua Kelompok Tani (Poktan) Sumber Rezeki, Ruslan Subakti mengatakan, demplot paludikultur di desanya kini mulai membuahkan hasil. Bahkan petani yang tergabung dalam kegiatan ini mengaku puas dengan hasil panen sayuran yang diperoleh. “Masyarakat sangat semangat, terlebih setelah mereka bisa menuai hasilnya. Kini mereka paham jika panen sayuran juga bisa menghasilkan pendapatan, dulunya ketika mereka nanam paling untuk kebutuhan sendiri, namun setelah mengikuti kegiatan ini hasilnya bisa dijual ke pasar, dari situ mereka merasakan keuntungannya dan pendapatan meningkat,” ujar Ruslan dalam keterangannya, Rabu (15/9).