Petani jahe merah di Lebak Banten sudah bisa berkongsi dengan Bintang Toedjoe



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. keberadaan program pembinaan bagi petani masih penting, terutama saat pandemi Covid-19. Sehingga, bisa meningkatkan hasil budidaya para petani.

Inilah yang Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) lakukan hampir satu tahun terakhir, membina petani jahe merah di Desa Hariang, Lebak, Banten. Harapannya, program pembinaan itu bisa membuat petani jahe merah mandiri sekaligus pendapatan mereka meningkat.

Dani Kurnia, Koordinator Project YDBA di Lebak, mengatakan, program pembinaan sentra jahe merah YDBA melibatkan 30 petani di Desa Hariang.


Hasilnya, untuk panen tahun ini, dia memperkirakan, bisa mencapai total 16 ton jahe merah hasil budidaya petani Baduy dan non-Baduy. "Proyeksi panen tahun ini 16 ton dari 30 petani untuk dikirim ke PT Bintang Toedjoe," kata Dani kepada KONTAN, Kamis (21/10).

Secara keseluruhan, terdapat 85 hektare potensi lahan jahe merah di Desa Hariang. Untuk tahap pertama, pembinaan baru fokus pada 2,5 hektare lahan dari 30 petani jahe merah.

Dani menyebutkan, persoalan utama para petani jahe di Desa Hariang adalah menjual atau memasarkan jahe merah. Faktor inilah yang membuat hasil panen jahe merah para petani di Hariang belum optimal.

Baca Juga: Masuk pasar online, UMKM kuliner binaan YDBA catat kenaikan omzet dua kali lipat

Namun, setelah YDBA menjalin kerjasama dengan PT Bintang Toedjoe, hasil budidaya petani binaan akan diserap anak usaha PT Kalbe Farma Tbk ini sesuai standar quality, cost, and delivery (QCD) yang berlaku.

Tak cuma itu, PT Bintang Toedjoe juga memberikan pelatihan teknis budidaya jahe merah. Sedangkan YDBA memastikan para petani menghasilkan jahe merah sesuai QCD, dengan melakukan pembinaan secara manajerial dan pemantauan kegiatan  mereka secara rutin.

Pembinaan yang telah YDBA lakukan adalah pelatihan mentalitas dasar, pelatihan dan pendampingan pembukuan sederhana, pelatihan teknis budidaya jahe merah, dan pelatihan penanaman jahe merah.

Asrip, petani jahe merah Baduy dari Kampung Cisaban, bercerita, sebelum menjadi petani binaan YDBA, ia menjual jahe merah ke pasar. Sekali panen, dia cuma bisa mendapat 3,7 kuintal dengan omzet Rp 7,9 juta.

Tapi, setelah ada bimbingan, petani Baduy yang punya lahan seluas 3.000 m² sanggup panen hingga 2,5 ton jahe merah. "Saya ingin meningkatkan hasil panen tiga ton sampai empat ton," ungkap Asrip.

Kenaikan produksi jahe merah juga Basri Sarwo Edi rasakan. Dulu, petani jahe merah non-Baduy ini hanya mampu menghasilkan 40 kilogram jahe merah dalam sekali panen. Tapi sekarang, dia bisa menghasilkan 2,2  ton sekali panen.

Meski bisa mendongkrak hasil panen, kendala budidaya jahe merah masih mengintai. Yakni, soal kerusakan tanaman jahe jika terkena air, serta hama. Untuk mengatasinya, para petani membuat saluran air dan menggunakan pupuk organik.     

Selanjutnya: Inilah kiat bisnis dan strategi menjalankan usaha ditengah pandemi

         

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon