KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dampak pandemi corona mengajarkan setiap negara untuk bisa bertahan dalam kondisi keterpurukan. Namun sektor pertanian jadi salah satu sektor yang mampu bertahan. Kondisi ini pun dinilai menjadi momentum untuk terus meningkatkan produksi pertanian dengan inovasi dan pembaharuan melalui teknologi yang mumpuni. Di sinilah peran, petani milenial mengambil bagian.
Baca Juga: Hadapi new normal, Pupuk Indonesia perkuat digital Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Arief Satria mengatakan perguruan tinggi memiliki peran dalam mempercepat sistem transformasi dan menciptakan
enterprener di bidang pertanian. "Literasi yang kita kembangkan adalah
enterpreuner mengenai literasi data teknologi, manusia. Kami tanamkan kepada mereka
critical thinking, complex problem solving, communication, creativity, collaboration. Pemahaman ini, kami berikan kepada mahasiswa sejak awal masuk perkuliahan," kata Arief dalam keterangannya, Kamis (18/6). Arief menuturkan, untuk mengasah keahlian mahasiswa diberikan ruang kreatifitas dengan menerjunkan langsung ke lapangan melalui program
one vilage one CEO yang telah diterapkan terhadap 53 desa di Jawa Barat, melalui kerjasama dengan gubernur Jabar dan pihak swasta. Tugas mereka mendampingi petani dalam berproduksi tentunya dengan bekal ilmu teknologi, hingga membuka akses pasar dengan bantuan media sosial maupun membuka jaringan secara langsung, agar para petani bisa menjual hasil pertaniannya.
Baca Juga: Kemenperin kampanyekan IKM masuk platform e-commerce Sementara itu produk-produk hasil olahan pertanian yang bermanfaat bagi masyarakat, juga telah diciptakan. "Kita arahkan mereka ke bisnis pertanian, dengan menghasilkan beragam produk makanan, minuman, dan pupuk," paparnya. Selanjutnya Kementerian Pertanian juga memandang, kemunculan petani milenial berdampak besar terhadap peluang perubahan terutama ketika menghadapi
new normal. Salah satu contohnya yaitu sekelompok pemuda, yang berhasil membudidayakan sekaligus mengekspor tanaman hias dan kaktus, dengan penghasilan Rp 200 Juta per bulan. "Ini sebuah pembuktian, bahwa petani milenial baru mulai bermunculan dengan memanfaatkan sosial media dan pendekatan baru. Mereka mampu berkreasi, membuka ruang inspiratif dengan digital," Ucap Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo.
Oleh sebab itu, untuk mendukung peningkatan dan pengembangan inovasi sektor Pertanian Kementan telah mempersiapkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga yang sangat kecil, atau sekitar enam persen. Diharapkan stimulus tersebut mampu dimanfaatkan dengan baik.
Baca Juga: Antisipasi masuknya komoditas ilegal, Kementan intensifkan pengawasan pangan "KUR di pertanian ada sekitar Rp 20 triliun-Rp 30 triliun, saya berharap bantuan ini mampu membantu mereka (yang terjun ke dunia pertanian) mengembangkan teknologi dan inovasinya. Jadi beranilah melangkah," terangnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi