Petani Minta Industri Serap Garam Lokal



JAKARTA. Petani garam lokal meminta industri makanan dalam negeri menyerap garam yang mereka produksi. Tujuannya, untuk mengembangkan industri garam. Maklum, kendati dua pertiga wilayah Indonesia adalah laut, impor garam Indonesia mencapai 1,7 juta ton saban tahunnya. Ujung-ujungnya, garam yang diproduksi oleh petani lokal tak laku di pasaran. Menurut Idrus Zein, Direktur Business Development Services (DBS) Harmoni, salah satu perusahaan konsultan pendamping petani garam di Indramayu, selama ini industri maupun pemerintah menghindari garam lokal lantaran kualitasnya yang rendah, kotor dan lembek. Dengan kata lain, garam rakyat belum memenuhi standar kualitas seperti yang disyaratkan oleh industri. Padahal, Idrus menegaskan, kini petani garam sudah memiliki teknologi produksi garam yang menghasilkan garam yang kualitasnya tak kalah dengan garam impor. Selain itu, teknologi yang digunakan petani garam saat ini memiliki produktivitas yang jauh lebih tinggi dari produksi rata-rata petani. “Garam lokal berkualitas standar ekspor berbahan baku murni air laut sudah bisa di produksi oleh perusahaan dalam negeri, termasuk petani garam di Indramayu,” tegas Idrus, Selasa (8/6).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: