JAKARTA. Awan gelap tengah memayungi petani kelapa sawit. Mereka harus menanggung rugi lantaran harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit melorot tajam. Saat ini, harga TBS di tingkat petani melorot di kisaran Rp 700-Rp 1.000 per kilogram (kg). Padahal, harga sebelumnya mencapai Rp 1.800-Rp 2.000 per kg.Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga mengatakan, turunnya harga TBS dipicu amblesnya harga minyak sawit mentah atawa CPO selama dua bulan terakhir. “Petani rugi besar dengan anjloknya harga TBS. Apalagi sekarang ini biaya produksi sangat tinggi,” kata Sahat, Selasa (2/9).Masalah makin runyam karena pasar domestik juga mulai menunjukkan tanda-tanda kejenuhan. Indikasinya, banyak hasil panen petani tidak diserap pabrik pengolah kelapa sawit (PKS) di dalam negeri. Itu terjadi karena pasokan CPO di pabrikan tengah berlimpah. Ia mencontohkan, di daerah Rantau Prapat, salah satu basis perkebunan CPO di Sumatera Utara. "Sekarang ini, banyak hasil panen petani di daerah itu belum diserap PKS," ucapnya.
Petani Sawit Mulai Kesulitan Jual TBS
JAKARTA. Awan gelap tengah memayungi petani kelapa sawit. Mereka harus menanggung rugi lantaran harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit melorot tajam. Saat ini, harga TBS di tingkat petani melorot di kisaran Rp 700-Rp 1.000 per kilogram (kg). Padahal, harga sebelumnya mencapai Rp 1.800-Rp 2.000 per kg.Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga mengatakan, turunnya harga TBS dipicu amblesnya harga minyak sawit mentah atawa CPO selama dua bulan terakhir. “Petani rugi besar dengan anjloknya harga TBS. Apalagi sekarang ini biaya produksi sangat tinggi,” kata Sahat, Selasa (2/9).Masalah makin runyam karena pasar domestik juga mulai menunjukkan tanda-tanda kejenuhan. Indikasinya, banyak hasil panen petani tidak diserap pabrik pengolah kelapa sawit (PKS) di dalam negeri. Itu terjadi karena pasokan CPO di pabrikan tengah berlimpah. Ia mencontohkan, di daerah Rantau Prapat, salah satu basis perkebunan CPO di Sumatera Utara. "Sekarang ini, banyak hasil panen petani di daerah itu belum diserap PKS," ucapnya.