KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Imbas dari larangan ekspor CPO, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat-Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (DPP-Apkasindo), Gulat Manurung mengatakan sejak larangan ekspor CPO petani semakin mati rasa untuk melakukan peremajaan sawit rakyat (PSR). Hal ini dikarenakan harga Tadan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang kian anjlok dan bahkan nyaris tidak laku. “PSR jadi mati rasa, dulu sangat didambakan semua petani. Namun karena harga TBS anjlok, petani menjadi tidak tertarik lagi ikut PSR,” katanya pada Kontan.co.id, Senin (16/5). Selain itu Gulat menyatakan, keadaan petani sawit saat ini semakin kritis imbas dari pelarangan ekspor CPO. Dari 1.118 pabrik sawit di Indonesia paling tidak 25% telah stop pembelian TBS sawit petani.
Petani Tak Lagi Tertarik Melakukan Peremajaan Pohon Sawit Imbas Larangan Ekspor CPO
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Imbas dari larangan ekspor CPO, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat-Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (DPP-Apkasindo), Gulat Manurung mengatakan sejak larangan ekspor CPO petani semakin mati rasa untuk melakukan peremajaan sawit rakyat (PSR). Hal ini dikarenakan harga Tadan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang kian anjlok dan bahkan nyaris tidak laku. “PSR jadi mati rasa, dulu sangat didambakan semua petani. Namun karena harga TBS anjlok, petani menjadi tidak tertarik lagi ikut PSR,” katanya pada Kontan.co.id, Senin (16/5). Selain itu Gulat menyatakan, keadaan petani sawit saat ini semakin kritis imbas dari pelarangan ekspor CPO. Dari 1.118 pabrik sawit di Indonesia paling tidak 25% telah stop pembelian TBS sawit petani.