Petani tak menikmati kenaikan harga CPO



JAKARTA. Harga referensi ekspor crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit yang dipatok sebesar US$ 754,1 per metrik ton pada bulan Mei 2016 menjadi sinyal positif bagi industri CPO. Namun, tren positif ini tak dinikmati oleh petani sawit.

Pasalnya, harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang mereka jual kepada perusahaan tak lantas naik mengikuti kenaikan harga CPO global ini. Harga TBS petani masih rendah dan harganya masih berbeda-beda di tiap daerah.

Di Bengkulu, sebagai contoh, harga TBS kelapa sawit  sebesar Rp 1.400-Rp 1.500 per kilogram (kg), di Sumatera Utara (Sumut) harga TBS sekitar Rp 1.330 per kg. Idealnya, dengan harga CPO yang tinggi di kisaran US$ 750 per ton, harga TBS di tingkat petani bisa mencapai Rp 1.700 per kg hingga Rp 1.800 per kg.


Asmar Arsjad, Sekretaris Jenderal Asosiasi Petani Kelapa Sawit (Apkasindo) mengatakan, tidak meratanya kenaikan harga CPO di sejumlah tempat dipengaruhi oleh beberapa faktor.  

Pertama, faktor angkutan transportasi yang harus ditanggung pembeli yang jumlah berbeda-beda. "Kalau misalkan di suatu daerah tidak ada pabrik CPO yang dekat, jadi harus menggunakan transportasi dengan biaya tinggi. Sehingga harga TBS di tempat itu rendah," ujarnya kepada KONTAN, akhir pekan lalu.

Kedua, kualitas dan kuantitas produksi perkebunan kelapa sawit di sejumlah tempat yang tidak sama. Alhasil, harga yang ditawarkan berbeda tergantung kualitas.

Oleh karena itu, dia bilang harga TBS di sejumlah wilayah yang kebetulan dekat dengan pabrik CPO dan infrastrukturnya baik, harga jualnya bisa mencapai Rp 1.800 per kg.  Harga ini naik hampir dua kali lipat ketimbang harga pada awal tahun 2015 lalu yang menyentuh Rp 1.000 per kg.

Selain dua faktor tersebut, faktor lain yang mempengaruhi harga TBS petani adalah karena semakin selektifnya perusahaan kelapa sawit untuk membeli TBS dari petani.

Hal ini terlihat langkah sejumlah perusahaan anggota perusahaan Indonesian Palm Oil Pledge (IPOP) yang melakukan penyelidikan sampai ke daerah mengecek asal TBS petani sebelum membeli.  

Wahyu Hidayat, Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu menambahkan, harga jual TBS petani di wilayah ini masih fluktuatif. Dia berharap angka Rp 1.500 per kg ini bisa bertahan lama untuk menopang ekonomi petani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini