JAKARTA. Keputusan Kementerian Perdagangan (Kemdag) membuka izin impor gula mentah sebanyak 400.000 ton untuk diolah dalam negeri menjadi gula konsumsi mendapat protes dari petani tebu. Pasalnya, kebutuhan gula konsumsi (GKP/gula kristal putih) di dalam negeri sepanjang tahun 2017 dinilai sudah tercukupi dari persediaan dan produksi lokal. Justru impor gula yang dibuka pemerintah membuat harga gula ditingkat petani berpotensi jatuh karena kelebihan pasokan gula di dalam negeri. Sektretaris Jenderal Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (Aptri) M. Nur Khabsyin mengatakan, persediaan gula dari produksi giling tahun 2016 ada 800.000 ton ditambah sisa impor tahun 2016 sebesar 1 juta ton. Persediaan ini dinilai masih sangat cukup, bahkan lebih sampai dengan musim giling tahun 2017 yang dimulai pada bulan Mei 2017. "Distribusi gula yang diolah oleh perusahaan rafinasi berpotensi lebih dari jumlah yang diimpor karena bisa saja gula rafinasi ikut dipasarkan," ujarnya Rabu, (18/1). Khabsyin menjelaskan, data produksi gula tahun 2016 sebesar 2,1 juta ton dan kebutuhan gula sebesar 3,2 juta ton yg dibuat dasar perhitungan impor tidak valid. Menurut perhitungan Aptri yang benar adalah produksi gula tahun 2016 adalah 2,2 juta ton. Sedangkan kebutuhan sebesar 2,7 juta ton. Perhitungannya, konsumsi gula per orang per tahun 12 kilogram (kg) dikali jumlah penduduk 250 juta lalu dikurangi 10%. "Pengurangan 10% karena tidak semua orang minum gula dan adanya produk mamin impor," tambahnya.
Petani tebu dan Kemdag beda data soal pasokan gula
JAKARTA. Keputusan Kementerian Perdagangan (Kemdag) membuka izin impor gula mentah sebanyak 400.000 ton untuk diolah dalam negeri menjadi gula konsumsi mendapat protes dari petani tebu. Pasalnya, kebutuhan gula konsumsi (GKP/gula kristal putih) di dalam negeri sepanjang tahun 2017 dinilai sudah tercukupi dari persediaan dan produksi lokal. Justru impor gula yang dibuka pemerintah membuat harga gula ditingkat petani berpotensi jatuh karena kelebihan pasokan gula di dalam negeri. Sektretaris Jenderal Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (Aptri) M. Nur Khabsyin mengatakan, persediaan gula dari produksi giling tahun 2016 ada 800.000 ton ditambah sisa impor tahun 2016 sebesar 1 juta ton. Persediaan ini dinilai masih sangat cukup, bahkan lebih sampai dengan musim giling tahun 2017 yang dimulai pada bulan Mei 2017. "Distribusi gula yang diolah oleh perusahaan rafinasi berpotensi lebih dari jumlah yang diimpor karena bisa saja gula rafinasi ikut dipasarkan," ujarnya Rabu, (18/1). Khabsyin menjelaskan, data produksi gula tahun 2016 sebesar 2,1 juta ton dan kebutuhan gula sebesar 3,2 juta ton yg dibuat dasar perhitungan impor tidak valid. Menurut perhitungan Aptri yang benar adalah produksi gula tahun 2016 adalah 2,2 juta ton. Sedangkan kebutuhan sebesar 2,7 juta ton. Perhitungannya, konsumsi gula per orang per tahun 12 kilogram (kg) dikali jumlah penduduk 250 juta lalu dikurangi 10%. "Pengurangan 10% karena tidak semua orang minum gula dan adanya produk mamin impor," tambahnya.