JAKARTA. Meski terganjal beleid Framework Convention on Tobacco Control (FCTC), ternyata para petani tembakau Indonesia tidak menyerah begitu saja. Pasar alternatif pun dibuka, seperti Asia dan Afrika. Selain itu, tingginya ekspor tembakau Indonesia ke Spanyol juga membuktikan bahwa tidak semua negara Eropa mematuhi ketentuan WHO. “Permintaan dari Eropa Timur, Asia dan Afrika juga tinggi,” imbuh Ketua Gabungan Petani Tembakau wilayah Jember Abdus S. Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi membeberkan, beberapa petani tembakau sudah menyiapkan strategi untuk menghadapi dampak terburuk dari aturan yang dikeluarkan WHO tersebut. “Mereka berinisiatif untuk membuat ekstrak nikotin yang bisa digunakan untuk bahan selain rokok, seperti sisha yang banyak dikonsumsi di Timur Tengah,” kata Bayu. Tak hanya itu saja, mereka juga berencana mengembangkan jenis tanaman lain selain tembakau; misalnya saja kopi, rumput pakan dan pengembangan ternak.Di Temanggung, lahan yang digunakan untuk penanaman tembakau sekitar 13.851 hektare, naik tipis dari tahun lalu seluas 13.383 hektare. Hasil tembakau dari lahan di Jawa Tengah ini akan memenuhi permintaan sejumlah pabrik rokok di Jawa Tengah yang volume totalnya mencapai 12.000-12.500 ton. Hanya saja, hasil tembakau tahun ini sepertinya tidak akan optimal lantaran terguyur hujan yang cukup tinggi dan mengakibatkan tembakau rusak. Dus, hitungan sederhananya, hasil panen Temanggung tahun ini hanya mencapai 8.400 ton. Sementara itu, di Jember, lahan tanaman tembakau jenis kasturi voor oogst atau bahan sigaret juga makin luas 20% dari tahun lalu menjadi 8.000 hektare. Sebaliknya, lahan untuk tanaman tembakayu jenis besuki naa oogst atau bahan sigaret justru mengkerut lantaran para petani beralih menanam kasturi voor oogst. Lantaran besuki naa oogst dianggap mengandung residu agak tinggi, maka eksportir menghargai tembakau bahan cerutu tersebut lebih murah. Padahal tembakau bahan cerutu tersebut sangat disukai industri cerutu di luar negeri karena memiliki rasa dan aroma yang khas. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, di tahun 2009 produksi tembakau nasional mencapai 176.937 ton, turun jika dibanding tahun sebelumnya yang bisa menembus 339.417 ton. Padahal luas areal tahun lalu bertambah menjadi 202.453 hektare dari 196.627 hektare. . nCek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Petani Tembakau Berstrategi Hadapi FCTC
JAKARTA. Meski terganjal beleid Framework Convention on Tobacco Control (FCTC), ternyata para petani tembakau Indonesia tidak menyerah begitu saja. Pasar alternatif pun dibuka, seperti Asia dan Afrika. Selain itu, tingginya ekspor tembakau Indonesia ke Spanyol juga membuktikan bahwa tidak semua negara Eropa mematuhi ketentuan WHO. “Permintaan dari Eropa Timur, Asia dan Afrika juga tinggi,” imbuh Ketua Gabungan Petani Tembakau wilayah Jember Abdus S. Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi membeberkan, beberapa petani tembakau sudah menyiapkan strategi untuk menghadapi dampak terburuk dari aturan yang dikeluarkan WHO tersebut. “Mereka berinisiatif untuk membuat ekstrak nikotin yang bisa digunakan untuk bahan selain rokok, seperti sisha yang banyak dikonsumsi di Timur Tengah,” kata Bayu. Tak hanya itu saja, mereka juga berencana mengembangkan jenis tanaman lain selain tembakau; misalnya saja kopi, rumput pakan dan pengembangan ternak.Di Temanggung, lahan yang digunakan untuk penanaman tembakau sekitar 13.851 hektare, naik tipis dari tahun lalu seluas 13.383 hektare. Hasil tembakau dari lahan di Jawa Tengah ini akan memenuhi permintaan sejumlah pabrik rokok di Jawa Tengah yang volume totalnya mencapai 12.000-12.500 ton. Hanya saja, hasil tembakau tahun ini sepertinya tidak akan optimal lantaran terguyur hujan yang cukup tinggi dan mengakibatkan tembakau rusak. Dus, hitungan sederhananya, hasil panen Temanggung tahun ini hanya mencapai 8.400 ton. Sementara itu, di Jember, lahan tanaman tembakau jenis kasturi voor oogst atau bahan sigaret juga makin luas 20% dari tahun lalu menjadi 8.000 hektare. Sebaliknya, lahan untuk tanaman tembakayu jenis besuki naa oogst atau bahan sigaret justru mengkerut lantaran para petani beralih menanam kasturi voor oogst. Lantaran besuki naa oogst dianggap mengandung residu agak tinggi, maka eksportir menghargai tembakau bahan cerutu tersebut lebih murah. Padahal tembakau bahan cerutu tersebut sangat disukai industri cerutu di luar negeri karena memiliki rasa dan aroma yang khas. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, di tahun 2009 produksi tembakau nasional mencapai 176.937 ton, turun jika dibanding tahun sebelumnya yang bisa menembus 339.417 ton. Padahal luas areal tahun lalu bertambah menjadi 202.453 hektare dari 196.627 hektare. . nCek Berita dan Artikel yang lain di Google News