Peternak lokal kewalahan hadapi impor daging



JAKARTA. Keputusan pemerintah membuka keran impor daging besar-besaran mulai memakan korban. Salah satunya adalah para peternak rakyat yang selama ini melakukan penggemukan sapi di beberapa daerah seperti Bandung dan Lampung mulai mengalami kesulitan.

Beberapa peternak disebut tidak lagi beroperasi karena harga sapi yang rendah tidak dapat menutupi biaya operasional mereka. Sementara itu beberapa peternak lainnya memilih mengubah pola bisnis mereka dengan mengembangkan sapi hanya untuk keperluan lebaran haji saja.

Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Rochadi Tawaf mengatakan, daging sapi impor telah merembes sampai ke daerah. Akibatnya, harga sapi lokal hidup pun mulai terpengaruh.


Saat ini, harga sapi lokal hidup berada di kisaran antara Rp 46.000 - Rp 47.000 per kilogram (kg). "Harga sapi lokal ini hanya lebih mahal sekitar Rp 500 - Rp 1.000 per kg dibandingkan harga sapi bakalan impor," ujar Rochadi kepada KONTAN, Senin (31/10).

Tipisnya perbedaan antara harga sapi bakalan lokal dan sapi bakalan impor itu membuat peternak lokal tidak lagi tertarik berternak sapi. Padahal penggemukan sapi lokal sangat penting untuk menopang ketersediaan sapi bagi para jagal yang membutuhkan sapi setiap hari untuk dipotong.

Menurut Rochadi, peternak menginginkan harga daging sapi di pasaran di kisaran Rp 115.000 - Rp 120.000 per kg. Namun kebijakan pemerintah menurunkan harga daging dengan memasukan daging sapi impor dan terlebih lagi masuknya daging kerbau impor yang harganya jauh lebih murah telah membuat harga sapi lokal ikut tertekan.

Dia mengatakan, kalau ingin harga daging lokal atau daging segar Rp 80.000 per kg, maka harga sapi hidup harus turun dikisaran Rp 38.000 - Rp 40.000 per kg. Padahal setiap peternak membeli sapi hidup saja sudah dikisaran Rp 43.000 per kg dan setelah melakukan penggemukan tiga bulan sampai empat bulan dijual dengan harga Rp 47.000 per kg.

Menurutnya, bila pemerintah terus membuka keran impor daging sapi dan kerbau, maka dalam dua tahun sampai tiga tahun ke depan, jumlah peternak lokal akan merosot tajam dan Indonesia akan murni tergantung pada impor untuk kebutuhan daging sapi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia