JAKARTA. Musim hujan yang tengah melanda sebagian besar wilayah Indonesia dikhawatirkan membuat penyakit flu burung (Avian Influenza/AI) kembali merebak. Koordinator Forum Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI) Don P. Utoyo mengatakan curah hujan tinggi ini membuat kondisi ayam memang lebih rentan terhadap penyakit. Namun sejumlah pemangku kepentingan industri perunggasan menilai industri sudah lebih siap menghadapi dan mengatasi penyakit ini.Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) Ruri Sarasono mengatakan para peternak umumnya sudah lebih berpengalaman mengatasi penyakit flu burung karena penyakit ini sudah masuk sejak 2004 silam. Selain itu menurutnya penggunaan vaksin yang diproduksi di dalam negeri juga telah membantu pencegahan wabah."Peternak sekarang sudah punya manajemen lebih baik, seperti sanitasi kandang dan ada waktu istirahat kandang. Sekarang kuncinya ada di breeding farm apakah memberikan bibit ayam yang prima atau tidak. Kami minta breeding farm untuk selektif terhadap day old chick (DOC) yang dijual ke peternak, karena kalau kondisi DOC prima jadi tidak mudah terserang penyakit," kata Ruri ketika dihubungi KONTAN, Selasa(10/1).Ruri mengatakan untuk ayam potong yang dipanen pada usia 35 hari hingga 40 hari tak terserang AI. Penyakit ini umumnya menyerang ayam yang usianya di atas 2 bulan karena daya tahan tubuh ayam melemah. Ayam yang rentan terhadap virus ini adalah ayam petelur yang usianya sampai 80 minggu.Namun dia mengatakan peternakan ayam potong baru cenderung rentan terhadap penyakit ini. "Soalnya mereka belum terlalu menguasai manajemen peternakan. Selain itu karena mereka belum punya pasar, biasanya ayam tertahan lebih lama dan dengan orang sering keluar-masuk kandang, ini bisa membuat ayam stres dan mudah sakit," kata Ruri kemarin.Ricky Bangsaratoe, pemilik peternakan ayam petelur Eden Farm di Ciputat, Tangerang Selatan mengatakan untuk mencegah terkena wabah ini peternak harus menjaga sanitasi kandang dan peralatan yang dipergunakan seperti peti telur. Selain itu peternak juga harus menggunakan vaksin AI secara tepat.Ricky mengatakan sejauh ini wilayah Jabodetabek masih aman dari penyakit ini. Namun dia mengaku mendengar ada kabar kasus AI di wilayah luar Jabodetabek."Kalau bisa ini perdagangan antar daerah tidak terlalu gampang, diawasi betul. Karena kalau sampai merebak lagi dan peternakan terkena, kerugian bisa sampai puluhan miliar," kata Ricky yang peternakannya memiliki kapasitas produksi 5 ton telur per hari. Ricky menggambarkan pada 2003 lalu ketika flu burung mewabah, salah satu peternakan ayam petelur di daerah Sukabumi ada yang menderita kerugian hingga puluhan miliar rupiah. Soalnya jika terkena wabah, peternak harus mengistirahatkan ayam dan peternakannya kurang lebih hingga 6 bulan untuk memutus rantai penyakit."Sementara kalau penghasilan kita hanya dari telur, tentu mau tidak mau beroperasi lagi. Akibatnya kenalan saya itu kena sampai 3 kali. Ruginya sampai puluhan miliar, ngeri," kata Ricky.Don mengatakan pihaknya sejak kurang lebih 2 bulan lalu telah mengimbau para peternak agar memperhatikan kebersihan lingkungan karena ada perubahan iklim ini. Misalnya dengan penyemprotan desinfektan dan memperkuat kandang. "Dengan lebih siap ini saya rasa tidak akan ada gangguan signifikan terhadap pasar," kata Don.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Peternak tingkatkan sanitasi untuk cegah flu burung
JAKARTA. Musim hujan yang tengah melanda sebagian besar wilayah Indonesia dikhawatirkan membuat penyakit flu burung (Avian Influenza/AI) kembali merebak. Koordinator Forum Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI) Don P. Utoyo mengatakan curah hujan tinggi ini membuat kondisi ayam memang lebih rentan terhadap penyakit. Namun sejumlah pemangku kepentingan industri perunggasan menilai industri sudah lebih siap menghadapi dan mengatasi penyakit ini.Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) Ruri Sarasono mengatakan para peternak umumnya sudah lebih berpengalaman mengatasi penyakit flu burung karena penyakit ini sudah masuk sejak 2004 silam. Selain itu menurutnya penggunaan vaksin yang diproduksi di dalam negeri juga telah membantu pencegahan wabah."Peternak sekarang sudah punya manajemen lebih baik, seperti sanitasi kandang dan ada waktu istirahat kandang. Sekarang kuncinya ada di breeding farm apakah memberikan bibit ayam yang prima atau tidak. Kami minta breeding farm untuk selektif terhadap day old chick (DOC) yang dijual ke peternak, karena kalau kondisi DOC prima jadi tidak mudah terserang penyakit," kata Ruri ketika dihubungi KONTAN, Selasa(10/1).Ruri mengatakan untuk ayam potong yang dipanen pada usia 35 hari hingga 40 hari tak terserang AI. Penyakit ini umumnya menyerang ayam yang usianya di atas 2 bulan karena daya tahan tubuh ayam melemah. Ayam yang rentan terhadap virus ini adalah ayam petelur yang usianya sampai 80 minggu.Namun dia mengatakan peternakan ayam potong baru cenderung rentan terhadap penyakit ini. "Soalnya mereka belum terlalu menguasai manajemen peternakan. Selain itu karena mereka belum punya pasar, biasanya ayam tertahan lebih lama dan dengan orang sering keluar-masuk kandang, ini bisa membuat ayam stres dan mudah sakit," kata Ruri kemarin.Ricky Bangsaratoe, pemilik peternakan ayam petelur Eden Farm di Ciputat, Tangerang Selatan mengatakan untuk mencegah terkena wabah ini peternak harus menjaga sanitasi kandang dan peralatan yang dipergunakan seperti peti telur. Selain itu peternak juga harus menggunakan vaksin AI secara tepat.Ricky mengatakan sejauh ini wilayah Jabodetabek masih aman dari penyakit ini. Namun dia mengaku mendengar ada kabar kasus AI di wilayah luar Jabodetabek."Kalau bisa ini perdagangan antar daerah tidak terlalu gampang, diawasi betul. Karena kalau sampai merebak lagi dan peternakan terkena, kerugian bisa sampai puluhan miliar," kata Ricky yang peternakannya memiliki kapasitas produksi 5 ton telur per hari. Ricky menggambarkan pada 2003 lalu ketika flu burung mewabah, salah satu peternakan ayam petelur di daerah Sukabumi ada yang menderita kerugian hingga puluhan miliar rupiah. Soalnya jika terkena wabah, peternak harus mengistirahatkan ayam dan peternakannya kurang lebih hingga 6 bulan untuk memutus rantai penyakit."Sementara kalau penghasilan kita hanya dari telur, tentu mau tidak mau beroperasi lagi. Akibatnya kenalan saya itu kena sampai 3 kali. Ruginya sampai puluhan miliar, ngeri," kata Ricky.Don mengatakan pihaknya sejak kurang lebih 2 bulan lalu telah mengimbau para peternak agar memperhatikan kebersihan lingkungan karena ada perubahan iklim ini. Misalnya dengan penyemprotan desinfektan dan memperkuat kandang. "Dengan lebih siap ini saya rasa tidak akan ada gangguan signifikan terhadap pasar," kata Don.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News