JAKARTA. Di paruh kedua tahun ini, PT Ultrajaya Milk Industry Tbk (ULTJ) sukses menggelar
private placement senilai total Rp 1,22 triliun. Transaksi paling anyar terjadi Rabu (16/11) lalu, ketika Sucorinvest Central Gani melakukan
private placement 95 juta saham ULTJ. Aksi ini dilakukan di harga Rp 4.500 per saham dengan nilai transaksi Rp 427,5 miliar. Transaksi ini mewakili 3,3% dari total saham. Sebelumnya, pada Agustus 2016, pemegang saham pendiri, yakni Presiden Direktur ULTJ, Sabana Prawirawidjaya, menjual kepemilikan 6,84% saham atau 197,65 juta saham. Nilai transaksinya mencapai Rp 791,9 miliar.
Saham ULTJ ditawarkan ke investor institusi lokal dan investor asing yang berasal dari Singapura, Hong Kong, Amerika Serikat dan Eropa. Jerry Sarmiento, Institutional Equity Director Sucorinvest, dalam keterangan yang diterima KONTAN, pada Senin (21/11) lalu, mengatakan, investor asing dan lokal optimistis dengan kinerja ULTJ. Para investor melirik ULTJ lantaran emiten ini masih terus ekspansi. Analis RHB Securities Andrey Wijaya mengharapkan ULTJ mampu mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor. Salah satu caranya adalah membangun peternakan sapi perah. Saat ini, lebih dari 50% bahan baku ULTJ diimpor. “ULTJ membangun
dairy farm baru di Sumatra Utara dan menambah jumlah sapi perah di peternakan Jawa Barat,” ujar Andrey. Dairy farm di Sumatra ditargetkan memiliki 11.500 ekor sapi perah dalam tempo lima tahun lagi. Untuk fase ekspansi pertama yang dimulai pada kuartal III-2017, ULTJ akan menyediakan 2.000 sapi perah yang bertambah terus seiring perbaikan di bisnis distribusi dan logistiknya. Produsen susu UHT dengan brand Ultra Milk ini juga membangun pusat distribusi dan pabrik baru di kawasan industri Cikarang, Jawa Barat. Investasi pusat distribusi ini diperkirakan US$ 20 juta. Andrey menilai ekspansi ini akan mendorong kondisi keuangan ULTJ, yang kemudian mendukung ekspansi lainnya. Analis Samuel Sekuritas Marlene Tanumiharja juga optimistis kinerja ULTJ tahun depan lebih baik setelah ekspansi peternakan sapi. Faktor lain yang akan mendukung kinerja ULTJ adalah perbaikan harga komoditas, stabilnya daya beli masyarakat dan nilai tukar rupiah dan rendahnya konsumsi susu Indonesia.
Selain itu, Ultrajaya termasuk penguasa pasar minuman. “Kami memprediksi kuatnya margin ULTJ mampu berlanjut seiring stabilnya rupiah dan belum pulihnya perekonomian Tiongkok sehingga permintaan susu bubuk dunia belum meningkat signifikan,” ujar Marlene. Adapun analis BCA Sekuritas Jennifer Yapply mengatakan, tingkat kas ULTJ terus naik. Hingga akhir September 2016, dia mencatat ULTJ memiliki kas Rp 1,4 triliun. “Utang ULTJ juga masih rendah, yakni Rp 99 miliar. Hal ini memperlihatkan ULTJ akan mempertahankan posisi kas bersih di masa depan,” ungkap Jennifer. Marlene dan Jennifer merekomendasikan
buy ULTJ dengan target harga masing-masing Rp 5.300 dan Rp 6.275 per saham. Analis Sucorinvest Central Gani Stanley Liong juga merekomendasikan
buy dengan target Rp 5.400 per saham. Harga saham ULTJ kemarin (23/11) tetap di posisi Rp 4.600 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie