KONTAN.CO.ID - JAKARTA. CEO produsen tembaga Freeport-McMoRan (FCX.N) Kathleen L. Quirk menggungkap kekhawatiran usai Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menerapkan tarif resiprokal kepada sejumlah negara dan komoditas penting di dunia. Dalam pernyataannya, Trump memberlakukan tarif impor besar-besaran mulai dari 10% hingga 50%, yang memicu kerugian di pasar keuangan dan meningkatkan ketegangan dengan China serta negara-negara Uni Eropa. Kathleen menyebut perang dagang yang terjadi akan berdampak pula pada permintaan tembaga dunia.
"Kita tidak dapat mengabaikan fakta bahwa perang dagang dapat menyebabkan orang tidak berinvestasi, tidak membeli, mengubah pola mereka, dan memengaruhi permintaan," kata Kathleen Quirk dikutip dari Reuters, Selasa (8/4). Baca Juga: Soal Tarif Impor AS, Zulhas Ungkap Pemerintah Bakal Lakukan Diplomasi dengan USDA Meski begitu, sebagai perusahaan pertambangan tembaga terbesar di dunia Kathleen mencatat bahwa perusahaan pertambangan perlu menunggu dan melihat bagaimana situasi tarif berlangsung. Ia juga mengatakan penurunan harga tembaga baru-baru ini tidak baik untuk jangka panjang bagi industri, yang bergantung pada investasi bernilai miliaran dolar. Menurutnya, meski tarif tembaga AS dapat meningkatkan laba Freeport McMoRan sebesar US$ 400 juta per tahun, ia khawatir tentang dampaknya terhadap ekonomi global. "Kita semua akan bergantung pada pasar yang permintaannya akan terus meningkat dan tidak akan mengalami resesi besar yang telah kita lihat selama ini," katanya. Meski berbasis di AS, Freeport memiliki tambang-tambang besar di Chili, Peru, Eropa, termasuk di Indonesia. Ia mengatakan bahwa pihaknya menyambut baik gagasan untuk memproduksi lebih banyak tembaga di Amerika Serikat, sebuah tujuan yang sejalan dengan tujuan Trump untuk meningkatkan produksi dalam negeri guna mengimbangi dominasi China.