WASHINGTON. Sejumlah bos otomotif mendesak presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meninjau kembali aturan efisiensi bahan bakar. CEO produsen otomotif mengeluhkan, aturan efisiensi bahan bakar bsia berdampak pada pemangkasan pekerja sektor otomotif. Dalam surat yang dikirim akhir pekan lalu, 18 CEO produsen otomotif antara lain: General Motors, Ford Motor Co, Fiat Chrysler Mobil NV, Toyota Motor Corp, Volkswagen AG, Honda Motor, Hyundai Motor dan Nissan Motor, mereka mendesak Trump untuk meninjau keputusan yang diteken pemerintahan Barack Obama terkait standar efisiensi bahan bakar. Perusahaan otomotif menilai, aturan produksi kendaraan irit bahan bakar ini berisiko besar terhadap bisnis. Jika aturan efisiensi itu tetap diberlakukan tahun 2025 nanti, pelaku industri otomotif tak bisa menghindari aksi pemutusan hubungan kerja ribuan pekerjanya. "Kami meminta Presiden Trump untuk meninjau ulang aturan itu pada pertengahan semester ini," beber para CEO otomotif seperti diberitakan Reuters (13/2)
Petinggi otomotif dunia protes efisiensi BBM
WASHINGTON. Sejumlah bos otomotif mendesak presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meninjau kembali aturan efisiensi bahan bakar. CEO produsen otomotif mengeluhkan, aturan efisiensi bahan bakar bsia berdampak pada pemangkasan pekerja sektor otomotif. Dalam surat yang dikirim akhir pekan lalu, 18 CEO produsen otomotif antara lain: General Motors, Ford Motor Co, Fiat Chrysler Mobil NV, Toyota Motor Corp, Volkswagen AG, Honda Motor, Hyundai Motor dan Nissan Motor, mereka mendesak Trump untuk meninjau keputusan yang diteken pemerintahan Barack Obama terkait standar efisiensi bahan bakar. Perusahaan otomotif menilai, aturan produksi kendaraan irit bahan bakar ini berisiko besar terhadap bisnis. Jika aturan efisiensi itu tetap diberlakukan tahun 2025 nanti, pelaku industri otomotif tak bisa menghindari aksi pemutusan hubungan kerja ribuan pekerjanya. "Kami meminta Presiden Trump untuk meninjau ulang aturan itu pada pertengahan semester ini," beber para CEO otomotif seperti diberitakan Reuters (13/2)