Petinggi The Fed ini ungkap sejumlah ancaman yang menghadang ekonomi AS



KONTAN.CO.ID - RICHMOND. Pimpinan The Federal Reserve Richmond mengatakan, saat ini ekonomi dan pasar tenaga kerja AS terus menguat. Akan tetapi, ada beberapa halangan khususnya ketidakpastian seputar perdagangan dan politik yang memengaruhi kepercayaan bisnis.

"Saya khususnya prihatin dengan roller coaster yang telah terjadi baru-baru ini," ujar Thomas I. Barkin, Pimpinan The Federal Reserve Bank of Richmond kepada Asosiasi Manajemen Risiko di Richmond, Virginia.

"Antara Brexit, negosiasi yang sedang berlangsung dengan China, ketegangan di Timur Tengah dan berita utama politik. Sulit bagi pebisnis untuk merasa aman seperti berada di tanah yang kokoh," jelasnya.


Dia menambahkan, pertumbuhan PDB melambat di China, bahkan pertumbuhan PDB terhenti di zona euro. "Ada risiko bahwa perlambatan ini juga akan mempengaruhi kita," paparnya.

Melansir Reuters, Barkin menguraikan, pada tahun 2018, risikonya adalah ekonomi yang tampaknya terlalu panas. Pelonggaran kebijakan market terbaru bukan berarti resesi sudah dekat atau bahwa kita berada dalam periode pelonggaran yang berkepanjangan.

Ditanya bagaimana The Fed menangani keputusan suku bunga di masa depan, Barkin menjawab dengan mengandalkan keputusan berdasarkan konsensus, seperti yang selalu dilakukan selama ini, komitmen terhadap pemodelan risiko dan terus-menerus meninjau dan memperbaiki bagaimana dia mengambil keputusan.

Barkin juga mencatat kekhawatiran tentang meningkatnya utang nasional.

"Saya sekarang khawatir tentang dampak defisit anggaran federal yang besar saat ini dan pada daya tahan kita dalam perlambatan ekonomi," katanya.

Menurutnya, Amerika Serikat lebih beruntung daripada banyak negara lain di lingkungan perdagangan yang tidak pasti ini karena porsi perdagangan hanya 18% dari PDB .

Akan tetapi, lanjutnya, jika sistem perdagangan global AS mulai goyah, itu bisa memiliki "efek spiral" pada negara-negara lain yang bergantung pada sistem itu dan lebih bergantung pada perdagangan, seperti Korea Selatan.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie