Petinggi The Fed waspadai resesi jangka panjang



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Optimisme para pembuat kebijakan di Federal Reserve ditantang. Awalnya, petinggi di bank sentral Amerika Serikat (AS) ini memperkirakan, kemerosotan ekonomi akibat Covid-19 di kuartal kedua sudah mulai terbatas. 

Akan tetapi, mereka menghadapi kenyataan kenaikan pengangguran dan meningkatnya risiko kebangkrutan perusahaan yang merebak di mana-mana. 

Beberapa pekan terakhir, sejumlah suara dari The Fed mulai bergeser seiring dengan proyeksi gelombang kedua Covid-19 dapat memukul ekonomi lebih keras. 


Presiden The Fed Atlanta, Raphael Bostic pekan ini menyebut, aktivitas ekonomi tampaknya turun ke level yang lebih rendah jika dibandingkan pra-krisis. "Kemungkinan akan membuat kerugian yang pemulihannya mungkin lebih lama daripada yang diharapkan," kata dia, seperti dikutip dari Forbes

Namun, tanpa gelombang kedua, jumlah tingkat pengangguran di AS sudah melenting. Mengutip Pressherald, akhir pekan lalu, sebanyak 1,3 juta warga Amerika melamar untuk mendapatkan bantuan dana tunakarya. Ini merupakan rekor penambahan pengangguran tertinggi seiring berlangsungnya pandemi. 

Sementara itu, kurang dari dua pekan, stimulus Pemerintah AS yang menaikkan manfaat bagi para pengangguran di AS sebesar US$ 600 per minggu, bakal selesai. 

Mary Daly, Presiden Fed San Francisco memberikan perkiraan cukup suram mengenai pemulihan ekonomi. Menurut dia, jika AS bisa mengendalikan masalah kesehatan masyarakat baik melalui strategi mitigasi yang kuat maupun vaksin, maka pemulihan ekonomi bisa berlangsun dengan cepat.

"Itu akan memakan waktu hanya empat atau lima tahun. Tetap jika berakhir dengan pukulan yang menjalar dan lebih lama, maka pemulihan memakan waktu lebih lama," kata dia dalam Washington Post Live Event, Rabu lalu. 

Editor: Sanny Cicilia