Petral bubar, harga BBM mestinya turun



JAKARTA. Audit forensik Pertamina Energy Trading Limited (Petral) yang merupakan anak usaha PT Pertamina (Persero) hingga kini belum juga rampung. Audit forensik yang dimulai sejak akhir Juni 2015 lalu hingga kini terus dinanti agar bisa membuka tabir permainan mafia migas yang diduga selama ini terjadi di dalam tubuh Petral. 

Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro mengaku, Pertamina memiliki target bisa segera merampungkan audit forensik Petral secepatnya. "Kami berharap audit forensik itu bisa selesai tidak lebih dari dua bulan (dari sekarang)," ujar Wianda pada Jumat (25/9).

Wianda menjelaskan, sambil menanti rampungnya audit forensik, Pertamina tengah melakukan proses perampingan aset-aset Petral dan melakukan transfer aset-aset Petral kepada Pertamina. Selain itu, Pertamina juga melakukan kajian ulang untuk kontrak Petral yang diambilalih Pertamina; termasuk menyelesaikan klaim yang selama ini masih tertunda.


Berbeda dengan Wianda, Mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri menyebut, audit forensik Petral malah akan segera rampung September 2015. Lamanya penyelesaian audit forensik tersebut karena waktu investigasi lebih panjang, yaitu mulai dari tahun 2009.

Sebelumnya, pemeriksaan laporan keuangan Petral hanya dari tahun 2012 hingga 2014. Faisal pun enggan berkomentar lebih panjang mengenai hasil audit forensik tersebut. "Kita tunggu saja hasilnya, kan tinggal beberapa hari lagi," ujar Faisal kepada KONTAN, Sabtu (26/9).

Pengamat Energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmi Radhi menduga, selama ini Petral telah merugikan negara dengan permainan harga impor BBM yang dibeli dengan harga tinggi dengan melakukan praktik rente. Selain itu, minyak yang dibeli untuk mensubsidi rakyat pun diduga diselundupkan sehingga para mafia migas bisa mendapatkan keuntungan ganda.

Dengan membubarkan Petral, ia berharap negara menghemat lebih besar. Namun penghematan tersebut ternyata tidak lantas membuat harga BBM menjadi murah.

Pemerintah berkilah harga BBM yang tidak turun saat ini karena adanya kerugian besar yang dialami Pertamina. Padahal menurut Fahmi, kerugian yang dialami Pertamina karena adanya salah kelola manajemen inventory (penyimpanan). "Rugi tadi malah ditutup dengan tidak menurunkan harga BBM, padahal itu kesalahan manajerial Pertamina," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri